Jakarta, CNN Indonesia -- Terbatasnya anggaran pemerintah membuat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution putar otak mencari alternatif pendanaan untuk sektor pertanian.
Solusi yang dinilai Darmin tepat adalah dengan membentuk Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF), fasilitas pendanaan yang berdiri atas inisiasi sejumlah organisasi non-pemerintah di dunia untuk mengupayakan suntikan pendanaan swasta pada sektor pertanian Indonesia.
Menurut Darmin, inisiasi ini dapat menjadi angin segar bagi pembangunan sektor pertanian yang akan membantu peningkatan produktivitas sampai kesejahteraan petani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pendanaan TLFF diharapkan dapat berjangka panjang dengan bunga rendah yang disertai bantuan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan taraf hidup petani berskala kecil dan komunitas marginal," ungkap Darmin di kantornya, Rabu (26/10).
Mantan Gubernur Bank Indonesia menjelaskan, peran pendanaan swasta yang digalang TLFF dapat menggantikan pembiayaan yang selama ini masih berasal dari pemerintah. Padahal di saat yang bersamaan, pemerintah tengah menghemat sejumlah anggaran sehingga pendanaan TLFF dapat menambal kekosongan tersebut.
Adapun skema penyaluran pendanaan nanti, menurut Darmin akan dilakukan sekitar dua sampai tiga tahun ke depan dengan potensi pendanaan mencapai US$1 miliar dan pinjaman sampai US$100 juta.
Darmin menjanjikan, bila pendanaan tersebut cair, kebijakan pemerintah akan disesuaikan dan tak akan menghambat dengan regulasi yang berbelit-belit bagi para petani untuk mengaksesnya.
"Syaratnya mereka itu membawa dana kemudian program. Selama melaksanakan itu, kebijakan pemerintah tidak ada masalah," jelas Darmin.
Sementara itu, pemerintah akan memberikan dukungan berupa data sektor pertanian, ketentuan tata ruang dan perlahanan, hingga program dari pemerintah yang juga memungkin bisa dikerjakan swasta.
Kemudian, Darmin merinci bahwa pemerintah sendiri tengah mengejar tiga fokus penting untuk sektor pertanian dan tongkat estafet pembangunan ini dapat diberikan pemerintah kepada swasta.
Pertama, pemerintah tengah mendorong perencanaan pembangunan lahan pertanian berbasis spasial. Tujuannya, untuk meningkatkan produk pertanian yang ramah lingkungan dan menyelesaikan konflik lahan.
"Kedua, menggantikan pembiayaan dari perbankan yang masih kurang. Sebenarnya besar tapi bank dalam negeri memiliki sejumlah kendala pembiayaan, baik dari pendaftaran hingga dana awal," jelas Darmin.
Ketiga, mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) agar masyarakat mengadopsi energi tersebut yang saat ini masih mahal harganya bila dibandingkan dengan energi fosil.
Dorong EkonomiTak hanya itu, Darmin berharap, inisiasi ini dapat turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mendukung produk-produk strategis Indonesia.
Sementara itu, Ketua Komite TLFF Kuntoro Mangkusubroto mengungkapkan, TLFF akan fokus pada pendanaan murah dan jangka panjang untuk produktivitas petani agar dapat mengurangi kerusakan hutan.
“Sasarannya peningkatan produktivitas petani kecil, restorasi lahan, pemberian akses listrik untuk rumah tangga pedesaan, energi baru terbarukan, dan program peningkatan taraf hidup," ujar Kuntoro.
Adapun pembentukan TLFF diinisiasi oleh United Nations Environment Programme (UNEP), International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), ADM Capital, dan BNP Paribas.
Hasil inisiasi ini direalisasikan dengan penandatangan delapan Nota Kesepahaman (
Memorandum of Understanding/MoU) tentang keterlibatan masing-masing lembaga pada hari ini di kantor Darmin.
Beberapa lembaga yang terlibat adalah, Global Canopy Foundation, ADM Capital Foundation, Marine Change, Initiative on Smallholder Finance, RSPO, Green Initiatives for a Sustainable Tomorrow, Forest Carbon, dan Kaltimex.
(gen)