REI: Tax Amnesty Bakal Menyulut Aksi Borong Properti 2017

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Jumat, 28 Okt 2016 13:41 WIB
Real Estate Indonesia (REI) memprediksi paling tidak 30 persen dana repatriasi dari program amnesti pajak masuk ke dalam sektor properti.
Real Estate Indonesia (REI) memprediksi paling tidak 30 persen dana repatriasi dari program amnesti pajak masuk ke dalam sektor properti. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Real Estate Indonesia (REI) memprediksi paling tidak 30 persen dana repatriasi dari program amnesti pajak masuk ke dalam sektor properti. Prediksi ini diiringi dengan optimisme REI bahwa sektor properti tahun 2017 kembali menggeliat.

Ketua Umum REI Eddy Hussy menyatakan, optimisme tersebut timbul dari program amnesti pajak yang secara langsung memaksa masyarakat untuk mengakui aset-asetnya yang selama ini belum tercatat oleh negara.

Menurutnya, jika masyarakat sudah mengakui semua asetnya, maka tidak akan ada lagi ketakutan untuk membeli properti atau yang lainnya karena tidak ingin diketahui oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Satu hal yang buat kita ke depan akan lebih baik yaitu masalah perpajakan, karena dengan semua sudah menakui asetnya melalui amnesti pajak, jadi saya pikir ke depan tidak banyak lagi kucing-kucingan, ketakutan untuk beli properti, beli ini beli itu atau belinya dari mana kan semua sudah diakui. Nah dengan demikian kami berharap orang ke depan kalau mau belanjakan uangnya sudah lebih bebas, sehingga itu akan masuk ke sektor properti juga,” ungkap Eddy, Kamis (27/10).

Eddy menilai kuartal II tahun depan sektor properti kembali menggeliat, karena program amnesti pajak sendiri selesai pada Maret 2017. Sehingga, setelah semua dana amnesti pajak masuk, tentu sektor properti dipastikan kena imbasnya.

Menurutnya, sektor properti akan selalu menjadi kebutuhan bagi masyarakat karena seperti diketahui kebutuhan masyarakat dengan jumlah perumahan yang ada masih tidak sebanding, sehingga jumlah kebutuhan lebih banyak dibandingkan jumlah perumahan yang ada.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 jumlah kebutuhan rumah mencapai 11,4 juta unit. Sehingga, pemerintah mengakalinya dengan membuat program satu juta rumah sejak tahun lalu yang juga dimasukkan dalam program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

“Perumahan ini akan selalu menjadi kebutuhan masyarakat,” imbuh Eddy.

Namun, baik perumahan tapak atau apartemen, keduanya akan sama-sama tumbuh pada tahun depan tergantung dari kondisi daerah itu sendiri. Misalnya untuk di Jakarta, Eddy menilai keduanya akan dibutuhkan. Namun, untuk di luar Jakarta kemungkinan properti rumah tapak lebih dibutuhkan.

“Tergantung. Masih tetap perumahan, perumahan masih tetap jadi kebutuhan. Tapi kalau soal apartemen dan rumah tapak tergantung daerah. Kalau Jakarta ya mungkin bisa dua-duanya, jadi bisa apartemen dan rumah tapak. Kalau ke daerah mungkin rumah tapak ya,” terang dia.

Dengan demikian, ia menyimpulkan tahun 2017 akan menjadi tahun di mana properti akan mulai tumbuh kembali setelah beberapa tahun terakhir ini melambat. (gir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER