Demi Pasokan, PLN Minta Produsen Batu Bara Pangkas Ekspor

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 28 Okt 2016 12:56 WIB
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025 menargetkan pembangkit batu bara akan menghasilkan 43,8 gigawatt di tahun 2025.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025 menargetkan pembangkit batu bara akan menghasilkan 43,8 gigawatt di tahun 2025. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan listrik pelat merah, PT PLN (Persero) meminta pemerintah untuk mengajak produsen batu bara dalam mengurangi ekspor dan memperbesar porsi kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) untuk mengamankan pasokan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di masa depan.

Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso menjelaskan, ongkos produksi listrik bisa lebih efisien bisa ditekan jika menggunakan batu bara dalam negeri. Sehingga, harga listriknya juga bisa lebih murah.

Apalagi menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025, pembangkit batu bara akan menghasilkan 43,8 gigawatt (GW) di tahun 2025. Dengan kata lain, PLTU akan mengambil porsi 43,2 persen dari bauran energi (energy mix).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah yang besar ini kan biasanya produksi batu bara untuk ekspor. Yang kami usulkan ekspornya dikurangi. Di-save lah untuk dalam negeri, karena ekspor Indonesia soalnya paling besar," jelas Iwan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kemarin.

Lebih lanjut, ia juga menyayangkan besarnya porsi ekspor yang dilakukan oleh produsen batubara dalam negeri. Ia khawatir jika nantinya perseduaan batu bara untuk PLTU sudah habis ketika dibutuhkan.

Menurut data Kementerian ESDM, ekspor batubara pada thun 2015 tercatat sebesar 295,45 juta ton, atau 75,37 persen terhadap produksi sebesar 392 juta ton. Angka ini memang menurun dibandingkan tahun sebelumnya, di mana porsi ekspor tercatat 83,39 persen, atau 381,97 juta ton dari produksi sebesar 458 juta ton.

"Sebetulnya, cadangan batu bara nasional itu sangat tergantung pada pemakaian kami. Kalau nanti dipakainya besar, nanti akan habis juga kok," ujarnya.

Sementara itu, Menteri ESDM, Ignasius Jonan mengatakan telah mendengar langsung permintaan dari PLN terkait penambahan DMO batu bara bagi ketenagalistrikan. Namun, ia tak mau gegabah dalam menyetujui keinginan itu.

"Saya bilang kepada PLN, bikin dulu policy paper. Kalau memang DMO diperbesar, harus jelas. Berapa perthitungannya, harga listrik bisa murah berapa," tutur Jonan.

Di sisi lain, Deputi Direktur Eksektif Asosiasi Produsen Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menjelaskan, pengusaha sebetulnya ingin berpartisipasi di dalam pemenuhan pasokan PLTU. Ia beralasan, tak selamanya pasar ekspor selalu menjanjikan karena harganya yang selalu berfluktuasi.

Kendati demikian, implementasi ini selalu terhalang dengan keinginan PLN yang menginginkan harga batu bara yang murah. Sementara itu, pengusaha pasti akan selalu memikirkan profitabilitas dari alokasi produksi bagi pasokan PLTU.

Padahal, PLN merupakan pengguna batu
bara yang terbesar di dalam negeri dengan angka berkisar 70 hingga 80 persen dari jumlah DMO. Seharusnya, lanjut Hendra, penjualan batu bara ke PLN bisa menghasilkan untung, bukan membuat buntung.

"Dengan PLN, pasti ada selalu tarik menarik. Mereka ingin harga yang lebih rendah, sementara kita butuh kepastian. Mungkin tidak, kalau jualan ke PLTU bisa lebih untung dibanding ekspor?" ujar Hendra kepada CNNIndonesia.com, Jumat (28/10).

Sebagai informasi, alokasi batu bara bagi dalam negeri pada tahun lalu tercatat 87,43 juta ton atau naik 14,4 persen dibanding tahun sebelumnya, 76,18 juta ton. Sementara itu, realisasi DMO pada tahun ini diperkirakan di atas 90 juta ton. (gir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER