Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi melelang tiga Wilayah Kerja (WK) migas non konvensional, di mana dua WK ditawarkan secara langsung dan satu blok dilego secara lelang langsung.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas, Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tunggal merinci nama ketiga WK tersebut, yang terdiri dari WK Batu Ampar di Kalimantan Timur, WK Raja, dan WK Bunga Mas.
WK Batu Ampar tercatat sebagai WK yang bisa memproduksi minyak gas batuan dangkal (
shale hydrocarbon) dan diperlakukan sebagai lelang langsung, sedangkan WK Raja dan Bunga Mas memproduksi gas alam dari batubara (Coal Bed lMethane/CBM).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, WK Batu Ampar memiliki cadangan gas sebesar 7,08 tcf dan minyak sebesar 21,37 juta barel. Sementara itu, WK Raja dan WK Bunga Mas memiliki cadangan 0,92 tcf dan 1,92 tcf.
"Kami berupaya untuk menawarkan lelang WK migas non konvensional. Di dalam lelang kali ini, kami menawarkan sistem yang berbeda," ujar Tunggal, Senin (31/10).
Perbedaan tersebut, lanjut Tunggal, ada di sistem bagi hasil (
split) antara pemerintah dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Jika lelang sebelumnya
split ditentukan secara tetap, maka pada lelang kali ini perusahaan bisa menawarkan secara langsung nilai
split-nya (
open bid split). Nanti, pemenang lelang ditentukan dari
split yang mendekati keinginan pemerintah (
owner's estimation).
"Selain
split, tentu kami menimbang uang keseriusan investor (
signature bonus) dan komitmen perusahaan (
firm commitment). Bahkan,
signature bonus pun bersifat
open for bid, sehingga ketiga faktor ini yang menentukan menang atau tidaknya peserta lelang," jelasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan,
firm commitment ini juga berbeda di tiap WK. Namun, dua komitmen sama yang perlu dilakukan investor jika ingin mengembangkan tiga WK tersebut adalah pengeboran sumur eksplorasi serta studi geofisik dan geologi (G&G).
Untuk lelang WK
shale hydrocarbon, pemerintah akan memberi waktu pendaftaran hingga Februari tahun depan. Namun untuk penawaran langsung di dua blok CBM, penyerahan dokumen bisa dilakukan pada bulan Desember mendatang.
"Dan dengan sistem yang baru ini dan lebih fleksibel, kami optimistis lelang ini akan berhasil," ujar Tunggal.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Ephindo Energy, Sammy Hamzah menilai lelang WK migas non konvensional hanya akan laku jika pemerintah menerapkan sistem
split yang lebih dinamis, yang dinamakan
gross split sliding scale. Ia heran pemerintah tak memberlakukan hal itu, padahal, sistem
split itu sudah diatur di dalam Peraturan Menteri ESDM no. 38 tahun 2015.
Sehingga, sebagai pelaku usaha migas non konvensional, ia tak tertarik untuk mengikuti lelang tersebut.
"Karena bagi kami dari Ephindo, yang menarik adalah kontrak itu bisa kita ubah ke
gross split sliding scale karena itu adalah usulan industri. Jadi selagi itu belum ada perubahan, kami tidak melihat untuk kita berpartisipasi dalam lelang ini," terangnya.
(gir/ags)