Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus penalti jumbo yang menimpa Deutsche Bank di Amerika Serikat (AS) diyakini tidak akan mempengaruhi keberlangsungan bisnis bank raksasa asal Jerman tersebut di Indonesia.
Kunardy Lie, Managing Director dan Chief Country Officer Deutsche Bank AG Indonesia mengatakan komitmen induk usaha terhadap bisnisnya di Indonesia tetap kuat dan tidak akan berkurang.
Ia mengatakan tahun lalu Deutsche Bank Indonesia menerima suntikan modal sebesar Rp3 triliun dari sang induk, demi mendongkrak modal inti Deutsche Bank Indonesia menjadi Rp5 triliun dan membawa perusahaannya dalam daftar bank BUKU III.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari segi permodalan, Deutsche Bank Indonesia juga telah melampaui batas rasio kecukupan modal (CAR) yang ditetapkan oleh otoritas. Hingga akhir September 2016 tercatat angka CAR Deutsche Bank Indonesia mencapai 45 persen, naik dari kuartal III tahun lalu yang mencapai 28 persen.
"Suatu ketika saya berbicara dengan para Direktur Keuangan Deutsche Bank Regional dan Global, kami hanya melakukannya selama 15 menit. Mereka semua sepakat bahwa Indonesia adalah pasar yang penting untuk dipertahankan dan terus didorong kelangsungan bisnisnya," ujar Kunardy, Kamis (3/11).
Ia melanjutkan, Deutsche Bank Indonesia juga telah melampaui ketentuan
Liquidity Coverage Ratio (LCR) yang merupakan kewajiban dari ketentuan Basel III. Per kuartal III 2016, tercatat LCR Deutsche Bank Indonesia sudah mencapai 156 persen jauh dari ketentuan wajib yakni 100 persen.
Deutsche Bank Indonesia juga berhasil membukukan kenaikan laba sebesar 37 persen dibanding kuartal III tahun lalu dari Rp1,25 triliun menjadi Rp1,78 triiliun hingga akhir September lalu.
"Kami bersyukur di tengah perlambatan ekonomi seperti ini kami masih mampu mencatatkan kenaikkan laba,” jelasnya.
Proses NegosiasiKunardy juga mengatakan saat ini Deutsche Bank masih melakukan negosiasi dengan Dewan Kehakiman Amerika Serikat atas kesanggupan pembayaran denda. Menurutnya Deutsche Bank kan terus berupaya melego otoritas AS untuk membayar denda lebih rendah dari yang ditetapkan yakni US$14 miliar.
Ia juga menampik atas pemberitaan yang mengatakan Deutsche Bank mengalami krisis finansial, akibat gagal memenuhi utang sebesar US$425 miliar yang beredar di media massa.
Menurutnya saat ini kasus yang tengah membelit Deutsche Bank hanyalah kasus
mortgage-backed security yang terjadi di negara Barrack Obama semata.
"Yang saya ingin katakan banyak sekali berita yang beredar yaitu salah satunya US$425 miliar gagal bayar, itu berita salah, itu adalah
hoax. Kami sama sekali tidak ada hal seperti itu. Likuiditas kami kuat," ujarnya.
Berdasarkan realisasi kuartal III, di tengah isu miring yang beredar Deutsche Bank secara mengejutkan mampu membukukan laba bersih sebesar 7,5 miliar euro atau setara US$8,32 miliar, naik 3 persen jika dibandingkan laba bersih kuartal III tahun lalu yang hanya 7,3 miliar euro.
"
Net income kami juga mencapai 270 juta euro di mana
market expect net lock masih profit. Dengan angka itu mematahkan berita kurang benar selama ini," jelasnya.
Mantan petinggi Citibank itu juga meyakinkan otoritas dan pemerintah Indonesia terkait keterbukaan informasi yang menyangkut perusahaan.
Ia mengaku telah beberapa kali bertemu dengan dewan komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk menjelaskan kondisi keuangan Deutsche Bank Indonesia secara komprehensif.
"Kami
welcome, jika kami dipanggil kami siap menghadap. Akan kami jelaskan semua bahwa di Indonesia, komitmen Deutsche Bank masih sangat besar," jelasnya.
(gen)