Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) diminta memaksimalkan penggunaan produk lokal untuk proyek pengembangan kilang Balikpapan di Kalimantan Timur.
Syamsir Abduh, Anggota Dewan Energi Nasional, mengatakan penggunaan produk dalam negeri merupakan salah satu dari tiga faktor yang harus menjadi pertimbangan dalam pembangunan proyek kilang.
“Pembangunan kilang harus mempertimbangkan tiga hal, yakni penggunaan teknologi terbaru, bersahabat dengan lingkungan, dan menggunakan produk dalam negeri (
local content),” kata Syamsir, Jumat (4/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Syamsir, tujuan utama dari pembangunan kilang adalah mengurangi ketergantungan bahan bakar minyak (BBM) impor dan sekaligus meningkatkan ketahanan energi nasional. Sehingga proyek-proyek pengembangan kapasitas kilang lama dan pembangunan kilang baru yang dilakukan Pertamina akan berdampak positif bagi pengurangan ketergantungan BBM impor dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
“Dalam Rencana Umum Energi Nasional dinyatakan pengurangan impor BBM secara bertahap dan meningkatan kapasitas terpasang kilang minyak menjadi lebih dari dua kali lipat dari sekitar 1,167 ribu barel per hari (bph) pada 2015 menjadi 2,461 bph pada 2025. Selain itu ada RDMP (
Refinery Development Masterplan Program) dengan peningkatan kapasitas empat kilang Pertamina dengan kapasitas 438 ribu bph,” ujar Syamsir.
Wianda Pusponegero, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan proses pengadaan barang untuk proyek pengembangan kilang Balikpapan sudah dimulai Oktober 2016 lalu dengan target sudah tersedia pada pertengahan 2017.
“Setelah pengadaan selesai, bisa dilakukan
engineering procurement construction. Dengan begitu, tahap awal proyek Kilang Balikpapan bisa tuntas pada Juni 2019,” kata Wianda.
Menurut Wianda, beberapa barang yang telah dibuka tendernya adalah untuk
Naphta Hydrotreating (NHT) berupa
direct fire heater, reactor, dan
centrifugal compressor. Sementara untuk unit
Catalytic Reformer (CCR), barang yang ditender antara lain
direct fire heater, reactor, combined feed exchanger, dan
centrifugal compresor.“Sedangkan untuk unit
Kerosene Hydrotreating (KHT), pengadaannya antara lain
direct fire heater, reactor, dan
centrifugal compressor,” ujarnya.
Menurut Wianda, Pertamina sebenarnya menginginkan produk-produk lokal untuk bisa memenuhi kebutuhan proyek Kilang Balikpapan. Namun, ada beberapa barang yang memerlukan spesifikasi lebih yang harus dipenuhi dari luar negeri.
“Sebagian besar pipa-pipa sudah dari dalam negeri,” tegas dia.
Proyek revitaliasi Kilang Balikpapan merupakan salah satu dari empat kilang yang masuk dalam RDMP yang tengah dijalankan Pertamina. Tiga kilang lainnya adalah Kilang Dumai, Cilacap, dan Balongan. Sementara itu, Kilang Plaju Sungai Gerong akan menjadi proyek selanjutnya.
Kilang Balikpapan merupakan proyek revitalisasi pertama yang dijalankan. Pertamina membagi dalam dua tahap pembangunan. Untuk tahap pertama, investasi yang dibutuhkan mencapai US$2,4 miliar – US$2,6 miliar. Sementara untuk tahap kedua, investasi sekitar US$2 miliar - US$2,2 miliar.
Perusahaan pelat merah di sektor minyak dan gas bumi (migas) tersebut sebelumnya menargetkan revitalisasi Kilang Balikpapan tahap pertama bisa terealisasi akhir 2019. Namun, manajemen melakukan sejumlah langkah untuk mempercepat penyelesaiannya menjadi Juni 2019.
Seiring tuntasnya proyek tahap pertama, kapasitas kilang pengolahan minyak mentah Pertamina akan mulai bertambah sebesar 100 ribu bph pada akhir 2019. Kilang Balikpapan yang saat ini memiliki kapasitas produksi 260 ribu bph.
(gen)