Jakarta, CNN Indonesia -- Pertambangan memimpin indeks sektoral pekan ini, sekaligus menjadi satu-satunya indeks sektoral yang positif di sepanjang pekan apabila dibandingkan dengan pekan lalu. Indeks pertambangan meningkat 4,44 persen ke level 1.359,760 dari 1.301,854 pada pekan lalu.
Berdasarkan data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), sembilan sektor lainnya mengalami pelemahan, terutama sektor agrikultur, yaitu turun 2,79 persen ke level 1.744,617 dari 1.794,858 pada pekan lalu.
Pelemahan juga diikuti oleh sektor-sektor lain, seperti properti 2,3 persen, industri dasar 2,08 persen, infrastruktur 1,69 persen, perdagangan 1,22 persen, manufaktur 1,11 persen, barang dan konsumsi 1,02 persen, serta sektor keuangan 0,28 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut analis OCBC Securities Budi Wibowo, tumbuhnya indeks sektor pertambangan didorong oleh harga batu bara yang terus menanjak. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melansir, harga batu bara acuan mencapai US$69,07 per ton pada Oktober 2016.
“Kenaikan indeks sektor pertambangan jelas karena harga batu bara yang tinggi, nggak ada yang lain,” ungkap Budi, ketika dihubungi, Jumat (4/11) lalu.
Peningkatan harga batu bara menjadi angin segar bagi beberapa emiten yang berkecimpung dalam bisnis tambang batu bara. Sebut saja, PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).
Adapun, pelemahan yang terjadi pada sektor agrikultur dikarenakan perolehan kinerja emiten perkebunan tidak sesuai ekspektasi. Meski, saat ini, tren harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) mulai beranjak positif.
“Kemungkinan besar karena kinerja keuangan mereka yang tak sesuai ekspektasi. Memang, emiten-emiten CPO tumbuh, tetapi mungkin tak sesuai ekspektasi saja,” katanya.
Untuk pekan depan, Budi memprediksi, indeks sektor pertambangan masih terus akan tumbuh dan menjadi nomor satu di antara indeks sektoral lainnya. Selain itu, ia juga melihat indeks properti akan tumbuh pekan depan.
“Sektor properti sudah mulai naik, tetapi tetap sektor tambang kemungkinan masih jadi yang teratas,” pungkasnya.
(bir)