OJK Antisipasi Hadapi Gejolak Sentimen AS

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Senin, 07 Nov 2016 18:45 WIB
Antisipasi disiapkan menyusul potensi tekanan global, karena pilpres Amerika Serikat dan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada Desember 2016.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D. Hadad, Jakarta, Senin (7/11). (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepertinya harus memasang kuda-kuda mengantisipasi gejolak stabilitas sistem keuangan domestik, menyusul potensi tekanan global, karena Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat dan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada Desember 2016.

"Sudah price in, pelaku pasar punya ekspektasi. Namun, kami selalu pantau itu dan jadi bagian review (kajian) kami," tutur Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di Jakarta, seperti dilansir Antara, Senin (7/11).

Namun, menurut Muliaman, tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan akan terjadinya dana keluar (capital outflow) akibat sentimen dari pilpres AS tersebut, terutama yang disebabkan ekspektasi kenaikan bunga The Fed.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, persepsi pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi Indonesia sudah sangat meningkat. Membaiknya persepsi itulah yang akan membendung potensi dana keluar untuk kembali ke negara Abang Sam.

"Tidak, tidaklah terlalu banyak (ketergantungan terhadap suku bunga The Fed). Kita terus membangun ekonomi domestik," katanya.

Muliaman juga memberi perhatian khusus agar tidak terjadi pengetatan likuiditas bagi perbankan apabila terjadi dana keluar karena kenaikan bunga The Fed. "Kami pantau terus, namun kondisi sudah membaik," imbuh dia.

Biaya Menyusut

Di sisi lain, Muliaman menilai, kinerja industri keuangan juga sudah mulai membaik, setelah banyak tertekan sepanjang tahun lantaran lambatnya pemulihan ekonomi domestik dan global.

Industri perbankan, sambung dia, pada kuartal keempat nanti sudah dapat mengurangi biaya pencadangannya karena rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dalam tren menurun.

Buktinya, NPL perbankan hingga September 2016 turun menjadi 3,1 persen (gross) dibandingkan Agustus 2016 yang sebesar 3,2 persen (gross).

"Pertumbuhan kredit perbankan sudah menggeliat lagi. Istilahnya ini sudah kembali ke atas. Tetapi, kami lihat lagi karena pertumbuhan ekonomi belum terlalu fantastis, meskipun tren positifnya sudah kelihatan," pungkasnya. (bir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER