Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimis pertumbuhan ekonomi di akhir 2016 akan menyentuh kisaran 5 persen atau mendekati target yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,2 persen sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016.
"Kita berharap di kuartal IV akan sedikit lebih baik. Kita bisa berharap mendekati 5,1 persen atau bahkan 5,1 persen. Jadi, di kuartal IV harus 5,1 persen sehingga membaik di akhir tahun," ucap Darmin di kantornya, kemarin malam.
Optimisme Darmin, lahir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatatkan laju pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016 sebesar 5,02 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016 di angka 5,02 persen memang sedikit di bawah perkiraan karena beberapa indikator yang berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) belum bergairah.
"Terutama adalah pengeluaran pemerintah yang membuat belanja modal dan barang sedikit tertahan. Kemudian belanja konsumsi masih positif tapi rendah," jelas Darmin.
Namun begitu, secara kumulatif tahunan (
year on year/yoy), pertumbuhan ekonomi dari kuartal I sampai kuartal III sebesar 5,04 persen, disebut Darmin masih menunjukkan catatan yang cukup baik sehingga kemungkinan mencapai target yang ditetapkan dalam APBNP 2016 masih terbuka.
Belum lagi mantan Gubernur Bank Indonesia ini yakin, belanja pemerintah pada kuartal IV 2016 akan naik tinggi bila dibandingkan kuartal III.
"Belanja pemerintah di kuartal IV itu pasti naik. Bahkan di dua sampai tiga minggu terakhir, memang belanjanya cepat dan besar," imbuh Darmin.
Harga KomoditasTak hanya itu, Darmin juga menandai sektor pertambangan yang diharapkan produksinya dapat meningkat seiring dengan perbaikan harga komoditas.
"Untuk pertama kalinya, sektor pertambangan kembali positif setelah sekian lama. Harga batu bara yang membaik, diharapkan orang lebih giat untuk produksi. Yang naik memang harganya (komoditas) tapi harusnya produksi juga naik," tutur Darmin.
Kemudian, indikator yang juga diperhatikan Darmin adalah sektor ritel yang dianggapnya membaik sehingga menepis anggapan permintaan yang turun seiring dengan rendahnya inflasi.
Sedangkan untuk indikator investasi dan kontribusi program pengampunan pajak atau
tax amnesty, dianggap Darmin, hanyalah sebagai bonus bagi penerimaan negara di akhir tahun.
Pasalnya, untuk investasi, Darmin lebih semangat bila investasi tersebut telah direalisasikan, misalnya pada proyek pembangunan pembangkit listrik yang saat ini tengah mengejar kapasitas 10 ribu Megawatt (MW) dari total 35 ribu MW.
"Sementara kalau
tax amnesty tunggu lagilah, tunggu sampai Desember," tutup Darmin.
(gen)