Menperin: Kemenangan Trump Tak Berdampak Langsung ke Industri

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 09 Nov 2016 16:20 WIB
Menurut Menperin, dampak terpilihnya Donald Trump lebih terasa dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari fluktuasi pasar modal.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai hasil hitung cepat pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang memenangkan Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik, tidak akan memengaruhi industri dalam negeri secara langsung. (REUTERS/Mike Segar).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai hasil hitung cepat pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang memenangkan Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik, tidak akan memengaruhi industri dalam negeri secara langsung.

"Industri tidak terpengaruh secara langsung, karena yang terpengaruh secara langsung adalah pasar modal," ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (9/11).

Menurut dia, dampak terpilihnya Donald Trump lebih terasa dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari fluktuasi pasar modal. Sementara, pengembangan industri membutuhkan waktu jangka panjang dan lebih memperhatikan fundamental perekonomian dalam negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut Airlangga mengatakan, kemenangan Donald Trump tidak menutup peluang Indonesia untuk bergabung ke dalam blok Kemitraan Trans Pasifik atau Trans Pasific Partnership (TPP).

Hal itu dilakukan agar daya saing produk industri manufaktur Indonesia, terutama tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki, bisa bersaing dengan Vietnam.

Saat ini, produk Indonesia masih terkena hambatan tarif. Sementara, Vietnam bisa menikmati tarif lebih rendah yang membuat harga produknya menjadi 5-10 persen lebih murah dibandingkan produk Indonesia.

Di sisi lain, arah kampanye Trump menunjukkan sikap konservatif dan proteksionis terkait kebijakan perdagangan internasional. Hal ini berpotensi menghambat upaya Indonesia untuk bergabung.

"Kita lihat saja, biasanya kan berbeda antara periode kampanye dan periode pada saat menjabat. Kita lihat lagi perkembangannya ," katanya.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati menuturkan, kampanye kandidat negara maju biasanya diimplementasikan dalam program kerja. Dengan demikian, bukan tidak mungkin AS tak lagi mendukung TPP.

"Terkait percaturan perdagangan internasional, memang Trump mengikuti paham proteksionisme. Jadi, memang bukan tidak mungkin TPP dan segala macam akan direvisi. Bisa jadi, Amerika yang tadinya sangat getol untuk meng-goal-kan TPP, malah mundur," terang dia.

Sebagai informasi, TPP merupakan blok kemitraan dagang yang telah diratifikasi oleh Australia, Brunei, Chili, Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, AS dan Vietnam. Dalam kerangka ini, negara yang tergabung di dalamnya menerapkan perdagangan bebas tarif yang mendorong liberalisasi perdagangan. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER