Menko Darmin Sebut Ekonomi RI Lebih Berkelas Dibanding China

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2016 14:10 WIB
Meski melaju tinggi, namun Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai pertumbuhan ekonomi China gagal dibarengi dengan perbaikan ketimpangan pendapatan.
Meski melaju tinggi, namun Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai pertumbuhan ekonomi China gagal dibarengi dengan perbaikan ketimpangan pendapatan. (REUTERS/Aly Song).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih berkualitas bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi China sepanjang tahun ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, indikator ekonomi yang membuat Indonesia unggul adalah perbaikan ketimpangan antara orang kaya dan miskin atau koefisien gini ratio.

"Pertumbuhan ekonomi China tinggi tapi gini ratio-nya tidak membaik. Karena memang tak selalu sejalan antara pertumbuhan yang tinggi dengan perbaikan distribusi pendapatan," ungkap Darmin dalam paparan Outlook Ekonomi Indonesia 2017, Kamis (10/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesuksesan memperbaiki indikator gini ratio, diyakini Darmin menjadi capaian yang memuaskan sekaligus memperlihatkan kualitas ekonomi Indonesia dibandingkan China.

"Walau pertumbuhan ekonomi kita 5 persen tapi kualitas gini ratio membaik dan itu tidak mudah dilakukan. Kualitas adalah barang yang lebih sulit dicapai dibandingkan pertumbuhan itu sendiri," jelas Darmin.

Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk periode Maret 2016, gini ratio Indonesia berada di level 0,397. Sementara, dalam beberapa tahun, gini ratio China berada dikisaran 0,4 persen.

Catatan ini membaik bila dibandingkan capaian gini ratio pada Maret 2015 sebesar 0,408 dan lebih baik bila dibandingkan gini ratio September 2015 sebesar 0,402.

Bahkan, sejak Maret 2013 sampai September 2015, gini ratio Indonesia berada dikisaran 0,4 tapi per Maret 2016 berhasil membaik ke 0,397.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi China stagnan dikisaran 6,7 persen dengan prediksi ekonomi China sampai akhir tahun berada dikisaran 6,5 persen sampai 7 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menanjak dari 4,92 persen di kuartal I 2016 menjadi 5,18 persen di kuartal II meski sempat terkoreksi menjadi 5,02 persen di kuartal III.

Parameter lain yang menunjukkan kualitas ekonomi Indonesia dibanding China, menurut Darmin adalah penurunan garis kemiskinan dan berkurangnya jumlah pengangguran.

Data terakhir BPS menunjukkan garis kemiskinan Indonesia turun menjadi 10,86 persen di Maret 2016 dari sebelumnya 11,13 persen di September 2015 dan 11,22 persen di Maret 2015.

Sementara untuk jumlah pengangguran, per Oktober 2016, BPS mencatat pengurangan jumlah pengangguran sebanyak 530 ribu orang.

Selain lebih baik dibanding China, Indonesia juga dianggap Darmin mampu mengoreksi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan negara lain saat perekonomian dunia yang belum stabil.

"Ekonomi dunia di 2015 diperkirakan 3,3 persen lalu turun 3,1 persen, tahun depan juga begitu. Optimisme di awal tahun ada tapi realitasnya tidak seperti yang diharapkan," kata Darmin.

"China yang diperkirakan 6,5 persen, tahun depan 6,2 persen. Yang paling tinggi adalah India 7,6 persen, tahun depan tetap 7,6 persen. Asia 4,8 persen tahun depan 5,1 persen," lanjutnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER