Trump Bakal Tekan The Fed Kerek Suku Bunga Akhir Tahun Ini

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Minggu, 13 Nov 2016 06:16 WIB
Semasa kampanye, Trump memiliki pandangan bahwa suku bunga The Fed harus segera dinaikkan untuk mendorong perekonomian Amerika Serikat.
Semasa kampanye, Trump memiliki pandangan bahwa suku bunga The Fed harus segera dinaikkan untuk mendorong perekonomian Amerika Serikat. (REUTERS/Jonathan Ernst)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) meramal Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) bakal kembali menaikkan suku bunga acuannya (FFR), usai menggelar rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 13-14 Desember 2016 mendatang.

Anggota Dewan Komisioner LPS Destry Damayanti memaparkan kenaikan FFR utamanya dipicu oleh membaiknya perekomian AS pada kuartal III 2016.

Salah satu indikatornya adalah tingkat inflasi AS yang mulai meningkat. Per September lalu, secara bulanan, inflasi AS tercatat 0,3 persen atau meningkat dari bulan sebelumnya, 0,2 persen. Secara tahunan, inflasi September 2016 tercatat sebesar 1,5 persen, tertinggi sejak Oktober 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu juga didukung oleh membaiknya harga minyak dunia yang bisa menambah tekanan inflasi.

“Kemarin ekonomi Amerika pada kuartal III, not bad sehingga tren naik masih ada,” kata Destry saat ditemui dalam diskusi Paguyuban Mas Tentara Republik Indonesia Pelajar di Gedung Auditorium Institut Perbanas Jakarta, Sabtu (12/11).

Selain itu, kemenangan Donald Trump merebut singgasana Gedung Putih juga memperkuat dugaan itu. Pasalnya, Trump memiliki pandangan bahwa FFR harus segera dinaikkan untuk mendorong perekonomian AS.

“Pengaruh dari Presidennya juga, Trump kan cenderung ingin menaikkan suku bunga FFR supaya bisa menjaga stabilitas, supaya jangan kelewatan tahu-tahu inflasi AS nanti sudah terlalu tinggi,” ujarnya.

Namun, menurut Destry, kenaikan suku bunga AS pada akhir tahun telah diperkirakan oleh pelaku pasar sehingga tidak akan membuat efek kejut yang berlebihan. Di sisi lain, pasar juga masih menunggu kebijakan Trump ke depan.

“Pasar sudah memperkirakan FFR akan naik, yang pasar tidak perkirakan adalah kemenangan Trump. Jadi sekarang pasar masih mencerna apakah Trump secara individual akan sama dengan Trump sebagai presiden,” ujarnya.

Sebagai informasi, The Fed mempertahankan FFR di rentang 0 – 0,25 persen selama tujuh tahun,dari Desember 2008 hingga Desember 2015. Setelah itu, The Fed menaikan FFR sebesar 25 basis poin ke level 0,25 – 0,50 persen dan berlaku hingga kini. Kebijakan moneter akomodatif itu dipertahankan guna mendorong pertumbuhan pasar tenaga kerja dan mencapai target inflasi sebesar 2 persen. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER