Bank Indonesia: Pasar Keuangan Akan Penuh Ketidakpastian

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 15 Nov 2016 19:42 WIB
Bank Indonesia (BI) memprediksi pelaku pasar menunggu kejelasan dari program presiden terpilih AS, Donad Trump, setelah ia dilantik pada Februari 2017.
Bank Indonesia (BI) memprediksi pelaku pasar menunggu kejelasan dari program presiden terpilih AS, Donad Trump, setelah ia dilantik pada Februari 2017. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memprediksi pergerakan pasar keuangan dalam negeri masih sangat ditentukan oleh arah kebijakan presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Juda Agung mengatakan, dalam jangka pendek hasil pemilu yang di luar ekspektasi tersebut memberikan kejutan cukup signifikan bagi pasar keuangan domestik dan global.

"Dampaknya memang dalam jangka pendek adalah bahwa financial market agak shock atas terpilihnya Donald Trump, karena ini di luar ekspektasi. Investor masih menunggu program pemerintah baru AS," ujar Juda dalam economic outlook 2017, Selasa (15/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Efek kejut tersebut menurutnya merupakan respon pelaku pasar atas kabar kemenangan Trump yang bergulir sangat cepat sehingga sempat membuat pelaku pasar panik dan menarik dana-dananya keluar dari negara-negara emerging market termasuk dari Indonesia.

Juda mengatakan terpilihnya Trump menjadi presiden AS memang tidak bisa dianggap sepele, terlebih diketahui taipan properti tersebut memiliki sejumlah rencana kebijakan ekonomi yang bersifat proteksionis yang berpotensi menghambat alur perdagangan dunia.

"Februari tahun depan diharapkan ada kejelasan program dari Presiden AS terpilih. Tapi market akan hold dulu, sehingga kita lihat di financial market akan penuh ketidakpastian," ujarnya,

Kendati demikian ia mengaku tidak begitu khawatir terhadap dampak jangka panjang kebijakan Trump terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Pasalnya saat ini hampir 60 persen PDB Indonesia masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga domestik.

Dalam jangka panjang, menurutnya Indonesia masih menjadi primadona bagi investor, sepanjang kondisi ekonomi makro dan kebijakan fiskal pemerintah masih akomodatif untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

"Tapi sebenarnya kalau kita lihat secara fundamental, exposure kita ke Amerika itu kecil. Bahkan ada kajian yang mengatakan bahwa kita dan negara seperti India dan Brazil paling sedikit terdampak berbeda dengan Malaysia dan Singapura yang memang nilai perdagangan ke AS sangat besar," jelasnya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER