Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah analis memprediksi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akan memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, yang hasilnya akan diumumkan sore ini, Kamis (17/11).
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menilai bank sentral tidak akan mengubah level BI 7 Days Reverse Repo rate yang saat ini sebesar 4,75 persen dengan pertimbangan meningkatnya ketidakpastian global usai pemilihan presiden Amerika Serikat.
Lana menilai kemenangan Donald Trump atas Hillary Clinton menambah masalah baru di tengah rencana The Fed menaikkan suku bunga acuannya pada akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"BI juga melihat ada risiko capital outflow akibat ini," ujar Lana kepada CNNIndonesia.com.
Proyeksi serupa juga disampaikan oleh Ekonom DBS, Gundy Cahyadi. Ia mengatakan meski ruang penurunan suku bunga acuan masih terbuka, tetapi BI tidak akan mengambil kesempatan tersebut. Pasalnya, selain risiko global yang semakin tidak mudah ditebak, keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga juga tidak bisa diremehkan.
"Kami berekspektasi tidak ada perubahan kebijakan dari Bank Indonesia kali ini," ujarnya.
Menurut Gundy, di tengah upaya mengejar pertumbuhan ekonomi tahun ini, bank sentral harus tetap berhati-hati menjalankan fungsi moneternya. Volatilitas rupiah beberapa waktu belakangan ini bisa menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga stabilitas ketimbang mengejar pertumbuhan.
Inflasi yang rendah diprediksi tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Hal ini diyakini setelah adanya sentimen positif yang membuat harga minyak dunia untuk merangkak naik, sehingga inflasi IHK diprediksi kembali di kisaran 4-5 persen.
"Defisit transaksi berjalan mungkin telah dipersempit ke 2 persen dari PDB, tetapi perhatikan bahwa investasi asing juga telah jatuh ke sekitar 1,2 persen dari PDB. Ini berarti sepotong signifikan dari defisit neraca pembayaran masih dibiayai oleh arus portofolio," katanya.
(ags)