Chatib Basri Peringatkan Bank Indonesia Terkait Kondisi AS

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Rabu, 16 Nov 2016 17:19 WIB
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan Bank Indonesia sebaiknya melihat kondisi ekonomi AS sebelum membuat kebijakan suku bunga.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan Bank Indonesia sebaiknya melihat kondisi ekonomi AS sebelum membuat kebijakan suku bunga. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebutkan, Bank Indonesia (BI) tak perlu menurunkan tingkat suku bunga acuan yang diatur dalam 7 Days Reverse Repo (7DRR) Rate pada bulan ini.

"Saya kira, kalau sekarang memang masih ada ruang. Tapi sepertinya, BI tidak akan cut dulu," ujar Chatib di UOB Indonesia Economic Outlook 2017 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu (16/11).

Namun begitu, perubahan tingkat suku bunga 7DRR Rate harus benar-benar memperhatikan kondisi ekonomi global, terutama Amerika Serikat (AS).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama, harus lihat inflasi rendah atau tidak. Kedua, tren di Amerika, naik drastis atau tidak. Rasanya harus lihat dulu, Amerika mau seperti apa," ungkap Chatib.

Pasalnya, bila kondisi ekonomi di AS mengalami perubahan yang drastis, Chatib memastikan, BI perlu menahan rencana perubahan tingkat suku bunga 7DRR Rate.

Selain melihat kondisi ekonomi AS, lanjut Chatib, BI perlu melihat tingkat suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang diatur dalam Fed Fund Rate (FFR). Namun, untuk perubahan tingkat suku bunga FFR, Chatib meyakini, The Fed tak akan melakukan perubahan jelang tutup tahun 2016.

Sebab, menurutnya, The Fed perlu melihat bagaimana pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) AS, yakni Donald Trump dari Partai Republik merealisasikan berbagai kebijakan ekonomi yang digagasnya saat kampanye lalu.

"Ketidakpastian akibat Trump masih begitu tinggi. Kalau kemudian The Fed menaikkan (suku bunga), itu efeknya kepada perekonomian Amerika cukup signifikan," jelas Chatib.

Ia memperkirakan, perubahan suku bunga FFR yang ideal bagi The Fed, baru terjadi pada pertengahan 2017 mendatang. Sebab, pertengahan tahun depan, dirasa Chatib, sudah cukup menjadi tolak ukur bagi The Fed untuk melihat hasil pengelolaan ekonomi AS ditangan Donald Trump.

Bila Trump berhasil melakukan ekspansi fiskal dan membuat defisit anggaran AS melebar, tentu pemerintah AS akan mengupayakan penutupan kebutuhan anggaran dengan menerbitkan obligasi.

Obligasi yang dilepas pemerintah tersebut akan membuat pemerintah AS menyerap uang dari pasar sehingga tingat bunga mau tidak mau akan naik.

Oleh karena itu, Chatib mengingatkan agar di pertengahan tahun depan, BI benar-benar melihat kondisi ekonomi AS dan sikap The Fed. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER