Darmin Nasution Minta BI Tahan Diri Sesuaikan Bunga Acuan

Yuliyanna Fauzie & Dinda Audriene | CNN Indonesia
Kamis, 17 Nov 2016 13:11 WIB
Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai BI perlu menunggu waktu yang tepat untuk menyesuaikan bunga acuan, menunggu efek kejut Donald Trump mereda.
Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai BI perlu menunggu waktu yang tepat untuk menyesuaikan bunga acuan, menunggu efek kejut Donald Trump mereda. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan Bank Indonesia (BI) untuk menahan diri dalam mengambil kebijakan moneter di tengah ketidakpastian global yang meningkat.

Ia menilai otoritas moneter perlu menunggu waktu yang tepat untuk menyesuaikan suku bunga acuan, menunggu efek kejut terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat mereda.

"Situasi sedang tidak terlalu tenang, tidak jelek juga. Jadi, kita harus mengerti bahwa kalau situasi tidak terlalu tenang, ya tidak terlalu baik ambil inisiatif (perubahan suku bunga)," ujar Darmin di kantornya, Kamis (17/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, Darmin menampik anggapan bahwa gejolak yang terjadi di AS berpengaruh negatif terhadap perekonomian nasional.

"Tidak juga (sentimen negatif). Ekonomi dunia memang sedang menunggu Trump mau bikin apa lagi. Karena sebenarnya orang beranggapan dia pasti realistis tapi ada juga yang ingin dia menegakkan janji kampanyenya," tuturnya.

Sebagai mantan Gubernur BI, Darmin menilai kemungkinan yang tepat untuk menyesuaikan suku bunga acuan adalah tahun depan. Namun, untuk memastikan itu BI harus benar-benar jeli melihat laju inflasi di dalam negeri.

Sebab, lanjutnya, inflasi merupakan satu-satunya indikator yang terukur saat ini. Sementara indikator lainnya, seperti perekonomian dunia, masih memberi ketidakpastian.

"Tergantung tahun depan, bisa tidak kendalikan inflasi. Kita sih percaya bisa, tapi praktiknya nanti kita lihat. Kalau bisa (kendalikan inflasi) kenapa tidak (naikkan suku bunga acuan)," imbuh Darmin.

Harapan serupa juga datang dari kalangan perbankan. Antara lain Direktur Utama BRI Syariah Mochamad Hadi Santoso, yang berharap bank sentral mempertahankan tingkat bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo rate tetap 4,75 persen.

"Kami berharap minimal tetap sama. Kalau nggak tetap, ya kami harapkan turun. Jangan naik intinya. Kalau tetap intinya stabil, jadi dengan ada Trump effect itu berarti kita nggak goyang. Kalau turun, menunjukkan fondasi ekonomi Indonesia semakin baik," ujar Hadi di tempat terpisah.

Apabila BI menurunkan suku bunga acuan, kata Hadi, maka otomatis akan terjadi efisiensi biaya perbankan, tak terkecuali BRI Syariah, karena sumber pembiayaannya menjadi lebih murah.

BRI Syariah menargetkan pembiayaan hingga akhir tahun sebesar Rp18,8 triliun. Sementara realisasi penyalurannya saat ini sudah Rp18 triliun. Tahun depan, BRI Syariah menargetkan pembiayaan Rp23 triliun atau naik 26,6 persen.

Sebagai informasi, sampai saat ini bank sentral masih melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) guna menentukan langkah moneter selanjutnya. Sore ini, hasil dari kesepakatan RDG akan diumumkan ke publik.

Pada RDG bulan lalu, BI memangkas tingkat suku bunga BI 7 Days Reverse Repo sebesar 25 basis points (bps), dari sebelumnya 5 persen menjadi 4,75 persen. Bersamaan dengan itu, suku bunga deposit facility (DF) ditetapkan sebesar 4 persen dan suku bunga lending facility (LF) sebesar 5,5 persen.

Pemangkasan suku bunga acuan tersebut merupakan yang keenam kalinya sepanjang tahun ini, dengan total pemangkasan mencapai 150 bps. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER