Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak ditutup sedikit melemah pada perdagangan Kamis (17/11) yang dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar dolar AS, mengalahkan sentimen kesepakatan organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dalam menahan produksinya.
Dikutip dari
Reuters, harga minyak pada awalnya bergerak naik sebanyak US$1 per barel seiring keyakinan bahwa OPEC akan memangkas produksinya pada pertemuan antar anggota di Wina, Austria tanggal 30 November 2016 mendatang.
Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan optimismenya jelang pembatasan produksi. Sementara itu, Presiden Venezuela, Nicolas Maduro mengatakan bahwa seluruh anggota OPEC siap untuk sebuah keputusan yang "dipaksakan", setelah dirinya mengadakan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal OPEC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, harga turun setelah indeks dolar AS menguat seiring perbaikan makroekonomi AS selama 13,5 tahun terakhir dan pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen yang mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan Fed Rate pada bulan depan.
Penguatan mata uang ini membuat penjualan minyak dengan denominasi dolar AS lebih mahal dibanding minyak yang dijual menggunakan mata uang lainnya.
Akibatnya, harga minyak Brent langsung melemah US$0,14 per barel ke angka US$46,49 per barel dan turun lagi menjadi US$46,12 per barel pada pukul 15.21 waktu setempat. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup melemah US$0,15 ke angka US$45,42 per barel.
Pasar juga masih tertekan atas data Energy Information Administration (EIA) AS pada yang menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah sebesar 5,3 juta barel pada pekan lalu.
Selain itu, persediaan minyak di hub pengiriman minyak future di Cushing, negara bagian Oklahoma juga meningkat sebesar 303 ribu barel antara tanggal 8 hingga 15 November lalu.
(gir)