Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi rawan terkoreksi pada perdagangan hari ini, Jumat (18/11), akibat risiko meningkatnya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) dan dolar AS pasca pernyataan bank sentral AS.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menyatakan, tadi malam pasar saham global berhasil bergerak di teritori positif. Ia merinci, indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx menguat 0,5 persen di 3.041,79.
Sementara, di Wall Street indeks saham utama Dow Jones dan S&P masing-masing menguat 0,2 persen dan 0,5 persen di 18.903,82 dan 2.187,12, sedangkan indeks Nasdaq menguat 0,7 persen di 5.333,97.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saham-saham sektor keuangan dan teknologi menopang penguatan indeks saham di Wall Street. Tadi malam pasar fokus pada pernyataan Yellen di depan Kongres AS yang kembali memberikan sinyal kenaikan bunga di Desember mendatang," ungkap David, Jumat (18/11).
Adapun, IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat tipis 7,55 poin (0,15 persen) di 5.193. Menurut David, sentimen pasar terimbas faktor eksternal, terutama pasar kawasan Asia.
Di mana pasar saham Asia kemarin, konsolidasi bursa bergerak bervariasi menyusul sikap pasar yang menanti komentar Gubernur The Fed Janet Yellen di depan Kongres.
"Ini komentar pertama Yellen sejak Trump terpilih jadi Presiden AS pekan lalu. Pasar menanti komentar Yellen terkait dengan kebijakan fiskal Trump dan kaitannya dengan kebijakan kenaikan bunga," papar David.
David menjelaskan, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun tadi malam melonjak 3,3 persen di 2,29 persen seiring dengan semakin kuatnya rencana kenaikan bunga di Desember dan data inflasi Oktober yang naik 0,4 persen secara bulanan sesuai perkiraan.
Hal ini membuat peluang penguatan lanjutan IHSG tertahan, sehingga IHSG rawan terkoreksi. David memprediksi IHSG bergerak bervariasi dengan support di 5.150 dan resisten di 5.210.
Sementara itu, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya memprediksi IHSG melanjutkan penguatannya ditopang oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan bunga acuannya sebesar 4,75 persen. Sehingga, ia memprediksi IHSG bergerak dalam rentang support 5.078 dan resisten 5.267.
"IHSG terus bergerak meninggalkan support teruji, potensi kenaikan kembali membesar ditengah masih terjadinya dana asing yang keluar (capital outflow)," ungkap William dalam risetnya.
(gir)