GMPT: Tol Laut Pangkas Biaya Distribusi 50 Persen

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Selasa, 22 Nov 2016 11:17 WIB
Tol laut akan membantu kualitas distribusi pangan ke berbagai daerah. Dengan catatan, jika seluruh infrastrukturnya sudah memadai.
Transportasi dengan menggunakan tol laut diproyeksi bisa menghemat biaya distribusi bahan makanan pokok sebesar lebih dari 50 persen. Dengan catatan, jika infrastrukturnya sudah memadai. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana).
Jakarta, CNN Indonesia -- Transportasi dengan menggunakan tol laut diproyeksi bisa menghemat biaya distribusi bahan makanan pokok sebesar lebih dari 50 persen. Dengan catatan, jika infrastruktur sudah memadai, seperti pelayanan yang mudah di pelabuhan-pelabuhan daerah.

"Mekanisme tol laut dengan memanfaatkan jalur balik dari kapal sudah dilakukan sejak zaman Sriwijaya, dan saya rasa masih efektif sampai sekarang untuk titip distribusi bahan pokok," kata Sudirman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GMPT), mengutip ANTARA, Senin (21/11).

Mekanisme distribusi biasanya dilakukan dari daerah yang mengalami surplus komoditi bahan makanan pokok ke daerah yang kekurangan, contoh jagung. Kemudian, ketika kapal tersebut berbalik arah, daerah lain yang dilewati jalur kapal, serta surplus juga mengirimkan ke daerah tujuan balik yang membutuhkan komoditi tertentu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Tohir mengatakan, tol laut akan membantu kualitas distribusi pangan ke berbagai daerah. Namun, pengaruh biaya selisih dengan menggunakan transportasi lainnya belum diketahui detil.

Hal ini dikarenakan pemanfaatan arus balik kapal sebagai titipan distribusi belum lazim dilakukan antar daerah. "Percobaan yang dilakukan adalah dari wilayah Merauke, Papua menuju ke daerah Surabaya, Jawa Timur, dan hasilnya sangat efisien dalam tahap biaya, karena bisa dititipi barang komoditas lainnya yang dibutuhkan tiap daerah," katanya.

Menurut Winarno, hal tersebut tidak bisa dilakukan secara serentak serta besar-besaran karena jumlah kapal di Indonesia yang kurang memadai. Kemudian, kualitas kapal belum bisa mencukupi kebutuhan jenis-jenis barang bahan pokok. Banyak kebocoran dalam kapal yang membuat kualitas bahan pokok menjadi basah dan kurang baik.

"Contohnya di Lampung, di sana penghasil jagung utama, tetapi kenapa masih kekurangan pasokan jagung? Ternyata antrean barang masuk saja minimal tiga hari. Itupun belum tentu langsung bisa masuk. ketika masuk kualitas jagung sudah menurun. Hal seperti itu yang menghambat terwujudnya tol laut yang baik," pungkasnya. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER