Peningkatan Produktivitas Kunci Perekonomian Terus Tumbuh

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Kamis, 24 Nov 2016 03:33 WIB
Menkeu Sri Mulyani menilai perekonomian global masih melemah disebabkan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) sehingga menimbulkan ketidakpastian.
Menkeu Sri Mulyani menilai perekonomian global masih melemah disebabkan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) sehingga menimbulkan ketidakpastian. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai dalam memajukan perekonomian suatu negara dibutuhkan peningkatan produktivitas. Hal tersebut dibutuhkan sebagai dasar utama agar laju perekonomian tidak bergerak stagnan.

Ia mencontohkan layaknya seperti manusia saja yang memiliki pengetahuan luas dan terlihat keren, namun tidak menambah tingkat produktivitasnya sehari-hari maka tidak akan dipandang keren dalam jangka waktu yang panjang, bahkan hanya terlihat dalam satu detik saja.

"Kalau brain tidak punya produktivitas hanya keren satu detik, tidak continue, tidak lanjut. Perekonomian juga sama, kalau tidak melakukan investasi untuk menaikkan produktivitas tidak akan tumbuh dan berkelanjutan. Suatu ekonomi tidak akan bertahan tanpa adanya peningkatan produktivitas karena itu adalah bottom line," ungkap Sri Mulyani, Rabu (23/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di lain sisi, Sri Mulyani juga menginginkan adanya keadilan dan kemakmuran yang dapat dinikmati oleh masyarakat di Indonesia. Selama ini, kebanyakan masyarakat Indonesia hanya menikmati salah satu dari itu. Menurutnya, sebenarnya hal itu bukanlah tujuan baru, melainkan tujuan yang sudah diinginkan sejak lama.

"Ada yang menikmati makmur dan adil, ada yang makmur saja tapi belum adil, atau bahkan belum dua-duanya. Saya ingin membuat 200 juta lebih masyarakat Indonesia menikmati kedua-duanya, memberantas kemiskinan masih menjadi salah satu fokusnya," papar dia.

Namun, ditengah perekonomian secara global yang belum pulih tentunya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Sri Mulyani menilai perekonomian global masih melemah disebabkan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) sehingga menimbulkan ketidakpastian, kemudian keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

"Ada dua hal yang harus diwaspadai, perdagangan internasional lebih lemah dibandingkan dengan ekonomi dunia dalam 10 tahun terakhir. Dulu sebaliknya, pertumbuhan ekonomi di drive oleh perdagangan internasional," jelas Sri Mulyani.

Saat ini banyak negara yang tidak memiliki tujuan ekspor, terlebih lagi untuk negara penghasil komoditas di mana mencatatkan pertumbuhan ekspor yang negatif pada kuartal III tahun ini. Hal ini disebabkan jatuhnya harga komoditas, seperti batu bara dan minyak mentah.

"Saat ini runtuh hanya 1,5 persen sampai dua persen untuk perdagangan internasional," imbuhnya.

Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena krisis dalam sektor pertambangan. Beberapa perusahaan tambang tak lagi mendulang untung yang melimpah imbas harga komoditas yang berfluktuasi, khususnya batu bara. Seperti diketahui, dalam dua tahun belakangan ini harga batu bara runtuh di bawah level US$100 per ton. Padahal, beberapa tahun lalu harga batu bara menyentuh harga US$100 per ton.

Namun, mulai bangkitnya harga batu bara belakangan ini dapat menjadi angin segar bagi sebagian pelaku usaha yang bergerak di sektor pertambangan. Artinya, kontraksi yang terjadi dalam usaha pertambangan, khususnya batu bara sudah dalam masa penyembuhan.

"Batu bara sudah mulai recover, banyak sektor terpengaruh, konstruksi salah satunya," kata dia.

Meski demikian, ia tak ingin Indonesia pesimis dengan kondisi yang tengah melanda perekonomian global saat ini. Ada sektor lain yang dapat menumbuhkembangkan perekonomian dalam negeri. Salah satunya, sektor teknologi dan komunikasi.

"Orang Indonesia adalah orang yang hebat, tantangan menguatkan adrenalin dan itu kenikmatan yang luar biasa. Sektor teknologi dan komunikasi bisa tumbuh tapi harus ditopang sektor primer dan sekunder," tandasnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER