Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) bakal menambah delapan kapal tanker pengangkut minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) sampai 2017 mendatang. Pengadaan kapal tanker terus dilakukan Pertamina untuk memperlancar distribusi BBM ke seluruh pulau yang ada di Indonesia.
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina mencatat, delapan kapal yang dipesan Pertamina dari tiga perusahaan galangan kapal nasional memiliki total bobot mati 17.500
deadweight tonnage (DWT). Pertamina. Total investasi pengadaan delapan kapal yang dikirimkan mulai tahun ini sampai 2017 adalah US$200 juta atau sekitar Rp2,6 triliun.
“Wilayah Indonesia yang luas dan begitu banyaknya pulau yang harus disinggahi membuat Pertamina mengandalkan kapal tanker untuk menyalurkan BBM,” kata Wianda, Rabu (23/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penambahan kapal merupakan implementasi dari
shipping excellence yang merupakan bagian dari program
marketing and operation excellence perseroan.
“Penambahan kapal tersebut untuk melayani distribusi BBM seluruh Indonesia dengan 111 terminal BBM dan jalur distribusi terkompleks di dunia guna terciptanya keamanan pasokan (
security of supply) dan dukungan terhadap daya saing Pertamina di level nasional maupun internasional,” katanya.
Hingga September 2016, Pertamina memiliki kapal tanker sebanyak 217 kapal, naik 8 persen atau 16 kapal dibandingkan periode September 2015 sebanyak 201 kapal. Selain itu, dibandingkan target dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2016, realisasi hingga September lebih banyak enam unit.
Kapal yang dimiliki Pertamina terdiri atas berbagai jenis, antara lain kapal tanker berukuran kecil (
small tanker I) dengan bobot mati terendah 1.470 MT hingga terbesar 3.500 MT. Juga ada
small tanker II dengan bobot mati 6.500 MT hingga 6.736 MT dan kapal
small purpose dengan bobot mati 15.277-17.780 MT.
Untuk
medium range, Pertamina juga memiliki kapal dengan bobot mati terendah 29.941 MT dan tertinggi 40.374 MT. Adapun kapal dengan skala
large range terbesar berbobot mati 107.538 yang dibuat pada 2009 dan terendah 86.964 MT.
“Kami juga memiliki kapal
gas carrier ukuran kecil 3.472 MT dan
mid sie yang berukuran 17.400 MT,” jelas Wianda.
Pertamina menurut Wianda akan terus mengoptimalkan penggunaan tanker milik untuk bisa mengangkut produk-produk minyak karena sekarang lebih banyak FOB daripada
cost, insurance and freight (CIF). Dengan memiliki kapal milik sendiri Pertamina menjadi lebih efisien karena tidak lagi melakukan pola penyewaan kapal.
Ibrahim Hasyim, Ketua Alumni Akademi Migas, mengatakan Pertamina memerlukan banyak kapal tanker untuk mengangkut minyak mentah, BBM, dan gas. Kebutuhan tanker dalam berbagai ukuran yang disesuaikan dengan jumlah kargo yang diangkut, letak lokasi pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar, kedalaman alur laut indonesia sangat penting dalam mendukung bisnis, membangun efisiensi dan membangun ketahanan energi nasional.
Menurut dia, mempunyai kapal milik sendiri adalah keputusan strategis perusahaan. Apalagi Pertamina sudah punya volume
captive kargo yang akan terus meningkat.
“Pangsa pasar BBM Pertamina sekitar 80 persen. Jadi harus ada jaminan tersedianya alat angkut untuk negara kepulauan seperti Indonesia,” katanya.
(gen)