Pertamina Perbanyak Armada Tanker Distribusi BBM

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Rabu, 23 Nov 2016 10:27 WIB
Penambahan kapal tersebut untuk melayani distribusi BBM seluruh Indonesia dengan 111 terminal BBM dengan jalur distribusi terkompleks di dunia.
PT Pertamina (Persero) berencana memperbanyak jumlah armada tankernya untuk meningkatkan volume pengangkutan minyak mentah dan memperluas distribusi bahan bakar minyak (BBM). (REUTERS/Henning Gloystein).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berencana memperbanyak jumlah armada tankernya untuk meningkatkan volume pengangkutan minyak mentah dan memperluas distribusi bahan bakar minyak (BBM). Salah satu alasannya karena distribusi BBM di Indonesia memiliki jalur paling kompleks se-dunia.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, selama 2016-2017, Pertamina kedatangan delapan unit kapal general purpose (GP) dengan bobot mati 17.500 dead weight tonnage (DWT) yang dikirim oleh tiga galangan kapal nasional.

Total investasi pembelian delapan unit kapal tersebut sebesar US$200 juta atau sekitar Rp2,6 triliun (kurs Rp13ribu per dolar AS). Penambahan kapal merupakan implementasi dari Shipping Excellence yang merupakan bagian dari program Marketing and Operation Excellence.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami bisa bangun di dalam negeri. Ada di Batam, dan Lamongan. Kami harap, bisa juga dukung pengusaha kapal nasional. Saat ini, galangan kapal lokal kan baru bisa 17 ribu DWT, tapi nanti bisa saja kami memesan untuk 100 ribu DWT," tutur Wianda, dikutip dari Antara, Rabu (23/11).

Menurut Wianda, luasnya area yang harus dijelajahi dan begitu banyaknya pulau yang harus disinggahi membuat Pertamina mengandalkan kapal tanker untuk menyalurkan BBM. Ini juga sejalan dengan lima pilar prioritas strategis Pertamina tahun ini, yaitu untuk memperkuat infrastruktur yang dapat mendukung daya saing perusahaan.

Penambahan kapal tersebut untuk melayani distribusi BBM seluruh Indonesia dengan 111 terminal BBM dan jalur distribusi terkompleks di dunia guna terciptanya keamanan pasokan (security of supply), dan dukungan terhadap daya saing Pertamina di level nasional maupun internasional.

Hingga September 2016, Pertamina memiliki jumlah armada tanker sebanyak 217 kapal atau atau bertambah 16 kapal (tumbuh 8 persen) dibandingkan periode September 2015 yang sebanyak 201 kapal. Apabila dibandingkan dengan target Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2016, realisasi hingga September lebih tinggi enam unit.

Kapal yang dimiliki Pertamina terdiri atas berbagai jenis, antara lain kapal tanker berukuran kecil (small tanker I) dengan bobot mati terendah 1.470 MT hingga terbesar 3.500 MT. Ada juga small tanker II dengan bobot mati 6.500 MT hingga 6.736 MT, dan kapal small purpose dengan bobot mati 15.277-17.780 MT.

Untuk rentang menengah, Pertamina juga memiliki kapal dengan bobot mati terendah 29.941 MT dan tertinggi 40.374 MT. Ada pula kapal dengan skala large range terbesar berbobot mati 107.538 yang dibuat pada 2009 dan terendah 86.964 MT.

"Kami juga memiliki kapal gas carrier ukuran kecil 3.472 MT dan mid sie yang berukuran 17.400 MT," jelas Wianda.

Pertamina, lanjut Wianda, akan terus mengoptimalkan penggunaan tanker milik untuk bisa mengangkut produk-produk minyak karena sekarang lebih banyak FOB daripada cost, insurance and freight (CIF). Dengan memiliki kapal milik sendiri Pertamina menjadi lebih efisien karena tidak lagi melakukan pola penyewaan kapal.

Menanggapi kebijakan Pertamina tersebut pengamat perkapalan yang juga Ketua Alumni Akademi Migas, Ibrahim Hasyim mengatakan, Pertamina memerlukan banyak kapal tanker untuk mengangkut minyak mentah, BBM, dan gas.

Kebutuhan tanker dalam berbagai ukuran yang disesuaikan dengan jumlah kargo yang diangkut, letak lokasi pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar, kedalaman alur laut Indonesia, sangat penting dalam mendukung bisnis, membangun efisiensi, serta membangun ketahanan energi nasional.

Ia menilai, mempunyai kapal milik sendiri adalah keputusan strategis perusahaan. Apalagi, Pertamina sudah punya volume captive kargo yang akan terus meningkat. "Pangsa pasar BBM Pertamina sekitar 80 persen. Jadi, harus ada jaminan tersedianya alat angkut untuk negara kepulauan seperti Indonesia," terang Ibrahim.

Ia menambahkan, saat ini, semakin sedikit perusahaan yang berinvestasi kapal, apalagi dengan desain khusus untuk perairan Indonesia. Di sisi lain, kemampuan galangan kapal nasional terbatas, masih hanya sampai pada ukuran tanker menengah. "Tetapi, mereka akan lebih terlatih, apabila sering diberi order dan dipayungi dengan regulasi," katanya. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER