Indeks Dow Jones dan S&P Berlanjut Cetak Rekor

CNN Indonesia
Kamis, 24 Nov 2016 05:30 WIB
Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir naik 59,31 poin ke level 19.083,18. Sementara indeks S&P 500 ditutup naik 1,78 poin pada 2.204,72.
Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir naik 59,31 poin ke level 19.083,18. Sementara indeks S&P 500 ditutup naik 1,78 poin pada 2.204,72. (REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 berakhir di rekor tertinggi untuk hari ketiga berturut-turut pada perdagangan Rabu (23/11).

Seperti dlansir dari Reuters, kenaikan di saham industri membantu indeks AS, dengan sektor industri S&P 500 berakhir naik 0,8 persen. Sementara indeks Nasdaq tergelincir setelah penurunan saham teknologi kelas berat menjelang liburan Hari Thanksgiving pada Kamis dan pasar tutup lebih awal pada Black Friday.

Indeks Nasdaq sempat menyentuh rekor penutupan dan intraday tertinggi  selama dua hari terakhir. Ekspektasi pasar akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan presiden terpilih AS, Donald Trump ini telah mendorong saham.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hari ini adalah awal dari liburan, jadi banyak orang telah meninggalkan atau sedang dalam perjalanan," kata Ken Polcari, Direktur O'Neil Securities di New York.

"Anda bisa terus melihat sedikit reaksi yang berlebihan dengan cara baik. Tapi saya pikir minggu depan, saya tidak akan terkejut melihat pasar kembali melemah."

Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir naik 59,31 poin atau 0,31 persen ke 19.083,18. Sementara indeks S&P 500 ditutup naik 1,78 poin atau 0,08 persen pada 2.204,72. Adapun indeks Nasdaq Composite ditutup menguat 5,67 poin atau 0,11 persen pada 5.380,68.

Sementara indeks dolar, yang membandingkan terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik ke level tertinggi lebih dari 13 tahun ke level 101,910, didukung oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperketat kredit bulan depan dan tahun 2017.

"Kami telah memiliki data penting hari ini, semua mendukung batas minimal yang dibutuhkan untuk kenaikan suku bunga," kata Marvin Loh, Senior Strategis Pasar Global BNY Mellon di Boston.

Adapun harga minyak melemah dalam perdagangan yang fluktuatif karena investor meragukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan setuju untuk memangkas produksi cukup besar guna mengatasi kelebihan pasokan global.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER