Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks saham sektor keuangan (finansial) mengalami penurunan paling tajam sepanjang pekan ini. Penurunannya mencapai 3,12 persen menjadi 750,042 jika dibandingkan dengan pekan lalu 774,212.
Analis Daewoo Securities Heldy Arifien menyatakan, penurunan indeks sektor keuangan dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah sepanjang pekan ini. Jika dilihat, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis lalu (24/11) anjlok hingga menyentuh Rp13.558.
"Sektor keuangan ini turun karena tergerus penurunan rupiah sepekan ini," ungkap Heldy, Jumat (25/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, penambahan cadangan yang dilakukan oleh Bank Mandiri tahun ini menjadi Rp22 triliun juga direspon negatif oleh pelaku pasar. Peningkatan cadangan ini dikemukakan oleh Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo pada Rabu lalu (23/11).
Hal itu dilakukan untuk mengatasi banyak kredit bermasalah yang saat ini telah mencapai 3,9 persen. Keputusan Bank Mandiri tersebut dianggap pelaku pasar sebagai sinyal bahwa kredit bermasalah akan meningkat hingga akhir tahun.
"Bank Mandiri meningkatkan cadangannya menjadi Rp22 triliun, itu dipandang oleh pasar ada resiko kenaikan jumlah kredit bermasalah pada akhir tahun nanti," terang Heldy.
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor lainnya yang juga mengalami pelemahan yakni, aneka industri turun 2,47 persen, infrastruktur 1,87 persen, properti turun 0,55 persen, perdagangan turun 0,52 persen, manufaktur 0,49 persen, dan barang dan konsumsi turun 0,09 persen.
Adapun, sektor tambang berhasil memimpin indeks sektoral pekan ini dengan kenaikan 5,86 persen. Sementara, sektor agrikultur naik 3,57 persen dan industri dasar tumbuh tipis 0,08 persen.
Menurut Heldy, kembali naiknya sektor tambang dipengaruhi oleh kembali naiknya harga komoditas seperti batu bara, timah, dan stabilnya harga minyak mentah. Namun, Heldy tak menampik jika memang pergerakan harga tambang, khususnya batu bara masih bergerak secara anomali.
"Pergerakannya memang sangat swing, tapi dari Daewoo sendiri, kami melihatnya harga batu bara masih memiliki potensi penguatan lanjutan sampai kuartal 1 2017. Jadi masih bisa dibilang primadona juga walaupun harganya juga berfluktuasi tinggi," papar Heldy.
Sehingga, untuk pekan depan, Heldy merekomendasikan untuk melakukan aksi beli terhadap saham emiten batu bara seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam (PTBA) Tbk, dan PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) Tbk.
Sementara, pelaku pasar dapat memilih opsi lain dengan melakukan aksi beli pada saham emiten yang bergerak dalam sektor perkebunan seperti PT Astra Agro Lestari (AALI) Tbk, seiring meningkatnya harga minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
(gir)