Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dilema seorang menteri keuangan dalam mengkomunikasikan krisis keuangan kepada publik. Dilema itu dihadapinya saat menghadapi krisis keuangan tahun 2008.
“Serba salah. Kalaupun kita tahu, kita kalau mengatakan krisis akan datang tidak boleh, karena malah akan nakut-nakutin,” kata Sri Mulyani dalam sebuah seminar di Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Rabu (30/11).
“Kalau kita mengatakan baik-baik saja dan kalau terjadi tekanan makin besar, kita jadi kehilangan kredibilitas,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani menyadari betul, sebagai menteri keuangan, setiap kata-kata yang terlontar dari mulutnya diperhatikan oleh pelaku pasar. Bahkan, gesturnya terhadap orag lain juga tak luput dari perhatian.
“Hal ini sangat sulit sekali untuk dijaga,” ujarnya.
Karenanya, Sri Mulyani berusaha menjaga kredibilitasnya sebagai seorang pejabat publik. Jika publik menganggapnya kredibel maka meskipun keputusan yang diambilnya tidak populer, publik akan berusaha mencerna.
“Dalam situasi krisis, bagai makan buah simalakama. Memutuskan ke kanan bapak di makan harimau, ke kiri ibu dimakan buaya. Tak memutuskan dua-duanya dimakan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani meyakini saat kondisi krisis seorang pemimpin harus berani keluar dari zona nyaman dan mengambil keputusan yang dianggap terbaik bagi negara.
“Di situ ada kombinasi keberanian dan kemauan kita untuk mengorbankan diri sendiri karena anda menjadi rentan tapi anda harus berani mengambil kebijakan itu,” ujarnya.
(gen)