Jakarta, CNN Indonesia -- Impian Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menginginkan suku bunga pinjaman perbankan rendah nampaknya mustahil direalisasikan tahun ini.
Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti menyebut sangat sulit membuat suku bunga kredit perbankan secara menyeluruh turun berada di bawah 10 persen atau menjadi
single digit.
Destry mengatakan meski tren suku bunga perbankan baik deposito mengalami penurunan sepanjang tahun, namun penurunan bunga kredit tahun ini masih terbatas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disebabkan biaya sumber dana yang diperoleh oleh perbankan masih cukup tinggi. Sehingga bank dinilai kesulitan untuk menyediakan bunga rendah bagi nasabah, terutama untuk segmen kredit mikro.
Pasalnya, kredit segmen mikro dinilai memiliki risiko yang sangat besar. Sehingga pemberian insentif dan subsidi pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), dinilai menjadi program yang tepat untuk menutupi kesenjangan biaya dana yang harus ditanggung perbankan.
"Saya rasa belum bisa (
single digit), Kalau kita lihat memang sudah beberapa korporasi sudah
single digit, cuma kredit kita banyak sekali kredit yang sifatnya mikro memang dia beda strukturnya makanya dengan adanya program KUR dia bisa menekan kredit di mikro sehingga bisa berada di level 19 persen," ujar Destry, Selasa (6/12).
Berdasarkan data terbaru uang beredar Bank Indonesia (BI), rata‑rata suku bunga kredit bank sebesar per Oktober 2016 mencapai 12,21 persen. Level ini hanya susut tipis 2 basis poin (bps) ketimbang posisi 12,23 persen di bulan sebelumnya (
month on month). Angka tersebut jelas masih jauh dari kategori
single digit. Penurunan suku bunga kredit jauh lebih lambat dibandingkan penurunan bunga deposito.
Sebagai perbandingan, sejak Januari 2016 hingga Oktober 2016, suku bunga kredit hanya turun 62 bps. Sedangkan suku bunga deposito sudah terpangkas 130 bps pada periode yang sama.
(gen)