Jakarta, CNN Indonesia -- Industri perusahaan pembiyaan (multifinance) harus mencatatkan rapor merah tahun ini mengikuti jejak industri perbankan nasional yang kekurangan darah.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani mengatakan, secara umum pertumbuhan industri pembiayaan pada 2016 masih mengalami perlambatan seperti halnya yang terjadi pada 2015.
Data industri per September 2016 menunjukkan total aset industri perusahaan pembiayaan mengalami penurunan sebesar 2,19 persen (yoy) menjadi Rp434,52 triliun. Sementara itu, piutang pembiayaan mencapai Rp378,36 triliun atau naik 1,79 persen (yoy) dibandingkan piutang pada September 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertumbuhan pembiayaan yang masih sangat lambat ini diakibatkan oleh kondisi makro ekonomi yang belum stabil, terutama di sektor pertambangan dan komoditas, yang disertai juga dengan menurunnya daya beli masyarakat," ujar Firdaus dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (7/12)..
Namun demikian, kualitas piutang pembiayaan pada September 2016 masih terjaga dengan baik, dimana nilai
Non Performing Financing Netto masih tercatat di bawah 3 persen, yaitu sebesar 2,4 persen.
Sejarah BaruBahkan Firdaus menyebut pada 2016 ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah industri perusahaan pembiayaan, pertumbuhan aset dan piutang pembiayaan tumbuh negatif secara bersamaan pada bulan Mei 2016, setelah selama bertahun-tahun industri ini selalu mencatatkan pertumbuhan yang positif.
Fenomena ini bertolak belakang dengan kondisi pada periode 2007-2013, dimana industri pembiayaan sempat mencatat pertumbuhan rata-rata sebesar 20,84 persen.
Namun demikian, kondisi pertumbuhan aset dan piutang pembiayaan sejak Juni 2016 sudah menunjukkan adanya tren pertumbuhan positif dan diharapkan momentum pertumbuhan positif ini akan terus terjaga sampai akhir 2016.
Tak mau patah arang, Firdaus optimistis ekonomi Indonesia tahun depan akan memberikan dampak yang positif bagi industri pembiayaan. Optimisme tersebut mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2017 yang lebih baik dengan adanya optimisme kenaikan harga batu bara dan adanya pemulihan permintaan dari China terhadap beberapa komoditas utama yang diperlukan untuk mendukung infrastruktur.
Disamping itu, beberapa Pemerintah Daerah saat ini telah menunjukkan keseriusannya dalam mendorong pengembangan UMKM Daerah melalui pendidirian UMKM Center dan pembentukan Tim Percepatan Akselerasi Keuangan Daerah (TPAKD), serta melalui kebijakan penyediaan dana bergulir bagi UMKM.
"Peluang dan tantangan 2017 ini harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai momentum untuk mengembalikan kejayaan industri pembiayaan seperti tahun-tahun sebelumnya," pungkas Firdaus.
(gen)