Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 di Mata Bankir

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Jumat, 09 Des 2016 17:37 WIB
Dari sisi eksternal, perekonomian dunia masih menjadi momok yang membayangi langkah pemerintah Indonesia dalam mengambil kebijakan tahun depan.
Dari sisi eksternal, perekonomian dunia masih menjadi momok yang membayangi langkah pemerintah Indonesia dalam mengambil kebijakan tahun depan. (REUTERS/Iqro Rinaldi).
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisaris Independen PT Bank Central Asia Tbk Raden Pardede mengungkap sejumlah tantangan dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi tahun depan yang diproyeksikan sebesar 5,1 persen.

Dari sisi eksternal, ia menyebutkan, perekonomian dunia masih menjadi momok yang membayangi langkah pemerintah Indonesia dalam mengambil kebijakan tahun depan.

Misalnya saja, pengaruh perekonomian dunia dari negara adidaya, Amerika Serikat (AS), sejak kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Terpilih AS ke-45.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ekonomi global masih memberi ketidakpastian. Belum lagi, ketidakpastian juga berasal dari kebijakan pemerintahan Trump yang bahkan peramal saja tidak mengetahuinya," ujar Raden di Seminar Economic Outlook 2017 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Jumat (9/12).

Masih dari Negeri Paman Sam, ia melanjutkan, pengaruh eksternal terbesar kedua bagi Indonesia, yakni imbas dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).

Ia menilai, imbas dari kenaikan The Fed nanti akan menekan nilai tukar atau kurs sejumlah mata uang terhadap dolar AS, termasuk Rupiah. Meski, menurut Raden, sentimen kurs rupiah terhadap dolar AS tak akan separah mata uang negara lain.

"Kita bisa lihat Turki, Malaysia, China, Brazil, bahkan mata uang peso lebih buruk. Jadi, kita tidak lebih buruk tapi terkena imbas pelemahan," imbuhnya.

Sementara, dari sisi internal, yang perlu diperhatikan pemerintah adalah kestabilan politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), termasuk juga penerimaan negara.

"Situasi pollitik menjelang Pilkada ini berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Tapi semoga hanya sampai Pilkada saja, agar imbasnya tidak lama," katanya.

Sementara, dari sisi penerimaan negara, Raden mengatakan, pemerintah masih harus membereskan pekerjaan rumah dalam hal reformasi perpajakan atau tax reform.

Pasalnya, sumbangsih dari program pengampunan pajak atau tax amnesty tak cukup untuk menutup kekurangan penerimaan negara di tahun depan.

Terakhir, implementasi dari paket kebijakan ekonomi juga masih rendah, sehingga harus diperbesar hasil implementasinya agar turut merangsang industrialisasi.

Vice President Corporate Communications PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto menambahkan, tantangan pemerintah untuk mengejar pertumbuhan ekonomi berasal dari kebijakan proteksi yang akan diterapkan Donald Trump.

"Kebijakan perdagangan AS yang cenderung protektif akan berimbas terhadap Meksiko dan China. Meksiko mungkin tidak memberi imbas ke Indonesia, tapi China pasti memberi imbas," jelas Ryan pada kesempatan yang sama.

Sedangkan, untuk tantangan dari dalam negeri, sambung dia, adalah bagaimana pemerintah mampu meminimalisir ketergantungan industri di Tanah Air terhadap impor bahan baku.

"Ketergantungan impor tinggi, misalnya, sektor farmasi atau kesehatan, hampir 90 persen semua bahan baku mentah diimpor, sementara permintaan di sektor itu naik," pungkasnya. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER