Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) meramalkan Janet Louise Yellen dan Dewan Gubernur The Federal Reserve (Fed) lainnya akan menaikkan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam rapat yang digelar pada 13-14 Desember 2016 ini.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menilai rencana kenaikan suku bunga the Fed tidak akan mengejutkan Indonesia.
“Pasar sudah menyesuaikan dengan rencana itu, jadi bukan kejutan lagi,” kata Juda, dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (14/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak analis memperkirakan the Fed akan mengumumkan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini setelah pertemuan tersebut.
Hasilnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada pertengahan November 2016 lalu memutuskan untuk mempertahankan BI 7-
day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR
Rate) di level 4,75 persen, dengan suku bunga
Deposit Facility tetap sebesar 4 persen dan
Lending Facility tetap sebesar 5,5 persen.
Keputusan BI itu menurut Juda diambil dengan prinsip kehati-hatian BI dalam merespons meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global pasca pemilihan umum (Pemilu) AS.
Di tengah ketidakpastian perekonomian global yang meningkat pasca-Pemilu AS, perekonomian AS menunjukkan perbaikan sebagaimana tercermin dari PDB yang membaik, tingkat pengangguran yang stabil dan inflasi yang cenderung meningkat.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, peluang kenaikan Fed
Fund Rate (FFR) pada bulan Desember 2016 pun semakin menguat.
(gen)