Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak kembali melemah pada perdagangan Rabu (21/12) setelah Libya menyatakan mampu meningkatkan produksi dalam beberapa bulan ke depan. Hal itu ditambah peningkatan persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu.
Dikutip dari
Reuters, National Oil Company (NOC) Libya pada Selasa lalu mengonfirmasi bahwa jalur pipa dari Sahara dan lapangan El Feel kembali dibuka. Perusahaan berharap bisa menambah produksi 270 ribu barel per hari terhadap produksi nasional dalam jangka waktu tiga bulan ke depan.
Libya sendiri dikecualikan dari kesepakatan negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang ingin memangkas produksi 1,2 juta barel per hari selama enam bulan terhitung mulai 1 Januari 2017. Upaya ini dipimpin Arab Saudi dengan pengurangan sebesar 486 ribu barel per hari
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, harga minyak Brent berjangka untuk bulan Februari turun US$0,89 ke angka US$54,46 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka untuk bulan yang sama turun US$0,81 ke angka US$52,49 per barel.
Di samping Libya, harga minyak kali ini juga dipengaruhi sentimen persediaan minyak AS. Menurut Energy Information Administration (EIA) AS, stok minyak mentah AS naik 2,3 juta barel pada pekan lalu. Meski demikian, stok bensin dan persediaan produk distilasi malah menurun.
Namun, American Petroleum Institute (API) malah melaporkan adanya penurunan stok minyak sebesar 4,1 juta barel pada periode yang sama. Kendati demikian, pelaku pasar yakin suplai minyak tetap akan melimpah meski OPEC dan beberapa negara non-OPEC berencana untuk memangkas produksi.
Sementara itu, Menteri Energi Rusia, Alexander Noval mengatakan produksi minyak Rusia hingga akhir tahun nanti diperkirakan sebesar 547,7 juta ton, atau setara 11 juta barel per hari. Angka ini tercatat 2,5 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
(gir)