Kontrak Gross Split, Angin Segar Emiten Transportasi Migas

CNN Indonesia
Jumat, 23 Des 2016 11:45 WIB
Gairah baru kegiatan pengeboran di hulu migas diyakini Bahana Securities bisa memberi dampak positif bagi emiten transportasi laut bidang migas.
Gairah baru kegiatan pengeboran di hulu migas diyakini Bahana Securities bisa memberi dampak positif bagi emiten transportasi laut bidang migas. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bahana Securities menilai skema bagi hasil minyak dan gas bumi (migas) gross split yang dijagokan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menggantikan skema cost recovery, bisa menjadi insentif baru bagi emiten transportasi sektor tersebut.

Andrew Franklin Hotama, Analis Bahana Securities berpendapat, wacana penerapan skema gross split mulai 2017 sangat tepat saat harga minyak mentah mendekati level US$60 per barel seperti saat ini.

Menurut Andrew, apabila pemerintah tetap menggunakan skema cost recovery maka bisa dipastikan animo kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk mencari sumber migas baru di Indonesia akan tetap rendah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Hanya segelintir investor yang ingin melakukan oil drilling di Indonesia sebelum OPEC memutuskan untuk mengurangi produksi minyak," kata Andrew dalam riset, dikutip Jumat (23/12).

Selain mematok jatah pemerintah dan KKKS yang berlaku sepanjang kontrak berlaku tanpa ada lagi mekanisme penggantian biaya eksplorasi sampai produksi yang diusung skema cost recovery sebelumnya, Andrew menilai pemerintah juga beritikad meningkatkan porsi bagian dari sub kontraktor tergantung pada level harga minyak dan total produksi.

Ia menilai skema gross split yang dikonsepkan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, akan lebih efektif karena menawarkan manajemen risiko dan biaya yang lebih baik bagi KKKS maupun pemerintah.

Pasalnya, melalui skema ini seluruh manajemen risiko dan biaya-biaya untuk eksplorasi dan produksi akan dilimpahkan kepada KKKS. Sedangkan KKKS sendiri bisa meminta porsi bagi hasil yang lebih besar, sekaligus bisa memilih teknologi yang akan dipakai selama proses produksi yang menghasilkan efektivitas dalam bekerja.

“Industri transportasi laut juga akan mendapat keuntungan, pasalnya akan semakin banyak kontraktor yang memilih Indonesia untuk melakukan drilling, dibandingkan negara-negara lainnya," ujar Andrew.

Dengan semakin banyaknya kontraktor yang mau masuk ke Indonesia maka kecukupan suplai minyak di dalam negeri akan lebih terjamin ketersediaannya.

Ditambah lagi, pemerintah akan melakukan impor minyak dari Iran sebesar 500 ribu barel per hari (bph). Sehingga dalam rencana anggaran pemerintah pada 2017, produksi lifting minyak akan naik menjadi 825 ribu bph dari target tahun ini 821 ribu bph.

Wintermar dan Logindo

Andrew meramal perusahaan transportasi laut yang akan meraup keuntungan dari gairah baru di bisnis hulu migas ini antara lain PT Wintemar Offshore Marine dan PT Logindo Samudramakmur.

Kedua perusahaan ini kerap mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir karena hanya sedikit mendapatkan kontrak jasa angkutan alat pengeboran akibat harga minyak yang rendah.

Dengan naiknya harga minyak, Bahana melihat akan banyak kontraktor migas luar negeri yang akan menggunakan jasa emiten berkode saham WINS dan LEAD tersebut.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER