Pertamina Ingin Revitalisasi Kilang Cilacap Dipercepat

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 22 Des 2016 17:49 WIB
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi menyebut pengembangan kilang Cilacap dipercepat satu tahun dari jadwal awal.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi menyebut pengembangan kilang Cilacap dipercepat satu tahun dari jadwal awal. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) yakin perbaikan kapasitas dan kompleksitas kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) Cilacap bisa dipercepat menjadi 2021 dari target awal selesai 2022. Perusahaan menyebut, ada beberapa proses pembangunan yang bisa dipercepat.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi menjelaskan, mitra perusahaan di proyek Cilacap, Saudi Aramco juga sepakat untuk mempercepat pembangunan ini. Dengan durasi konstruksi sepanjang tiga tahun, maka pembangunan RDMP Cilacap harus sudah dimulai di 2018.

"Di rapat terakhir bahwa ada challenge bagi tim untuk mempercepat proyek Cilacap menjadi 2021. Sehingga, kami juga melakukan akselerasi khususnya di konstruksi yang rencananya akan dilakukan di 2019, 2020, dan 2021," ujar Rachmad, Kamis (22/21).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun sebelum melakukan konstruksi, Pertamina akan merampungkan dulu pembentukan perusahaan patungan (Joint Venture/JV) dengan Saudi Aramco. Penandatanganan pembentukan JV dengan perusahaan Arab Saudi ini sudah dilakukan hari Kamis pekan ini. Namun, perusahaannya baru bisa terbentuk pada Februari mendatang.

Menurutnya, JV baru terbentuk setelah kedua perusahaan menyelesaikan kelayakan finansial (Bankable Feasibility Study/BFS) dan Basic Engineering Design (BED) yang rencananya juga akan selesai Februari mendatang. Pasalnya, eksekusi proyek ini tergantung dari kaijan kecakapan teknis dan finansial melihat hasil proses BED dan BFS.

“Setelah JV terbentuk, kami langsung studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dalam jangka waktu enam hingga delapan bulan. Sehingga akhir 2017 bisa dilakukan ground breaking site preparation dan persiapan tender kontraktor," ujar Rachmad.

Jika rampung, nantinya kapasitas olah kilang Cilacap akan meningkat dari posisi saat ini 348 ribu barel menjadi 400 ribu barel. Namun, karena indeks kompleksitas (Nelson Complexity Index/NCI) meningkat dari 4 menjadi 9,4, maka jumlah produk akhirnya bisa lebih banyak.

Nantinya, produksi gasoline akan bertambah 80 ribu barel, diesel sebesar 60 ribu barel, dan bahan bakar jet sebesar 40 ribu barel. "Saat ini yield dari produk akhir di kilang Cilacap 73 hingga 74 persen, nantinya bisa lebih besar dari itu," katanya.

Lebih lanjut, sebagai bagian dari JV, bahan baku minyak mentah akan disediakan dari Saudi Aramco di tahun pertama, di mana perusahaan minyak Arab Saudi itu bisa memasok Arab Light Crude hingga 70 persen dari kebutuhan kilang Cilacap.

"Karena jenis minyak itu cocok dengan semua produk yang akan dihasilkan dari kilang Cilacap," ujarnya.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan sanggup untuk memenuhi percepatan RDMP Cilacap. Menurutnya, jika proyek ini cepat selesai, maka perusahaan bisa bergerak cepat untuk menyelesaikan dua RDMP lain dengan Pertamina yaitu kilang Balongan dan Dumai.

"Kami yakin dengan masa depan proyek Cilacap, terutama Indonesia adalah negara yang sangat menjanjikan," ujar Nasser.

Sebagai informasi, kilang Cilacap merupakan proyek bersama di mana Pertamina mengempit 55 persen kepemilikan dan Saudi Aramco memegang sisa 45 persennya. Nilai proyek ini diperkirakan sebesar US$5 miliar. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER