Pertamina Kaji Ulang Spesifikasi Proyek Kilang Balongan

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 22 Des 2016 18:19 WIB
Bos Pertamina Dwi Soetjipto menyebut desain teknis kilang Balongan mungkin akan berubah setelah kilang Balikpapan kemungkinan tidak bisa memasok naphtha.
Bos Pertamina Dwi Soetjipto menyebut desain teknis kilang Balongan mungkin akan berubah setelah kilang Balikpapan kemungkinan tidak bisa memasok naphtha. (ANTARA FOTO/Saptono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mengkaji ulang spesifikasi proyek perbaikan kapasitas dan kompleksitas kilang Balongan. Perusahaan menyebut, ada kemungkinan rencana pengembangan kapasitas kilang Balongan tidak sesuai dengan rencana semula.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menerangkan, desain teknis kilang Balongan mungkin akan berubah setelah kilang Balikpapan kemungkinan tidak bisa memasok naphtha, yang merupakan produk distilasi bahan baku Bahan Bakar Minyak (BBM) ke kilang Balongan.

Pasalnya, perusahaan juga tengah melakukan RDMP di kilang Balikpapan. Sehingga jika RDMP itu selesai, maka naphtha yang dihasilkan di Balikpapan tentu akan digunakan lagi untuk kepentingan kilang itu sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan kata lain, perusahaan akan mencari bahan baku lain untuk kilang Balongan demi mengganti kiriman naphtha dari Balikpapan. Namun, mengganti sumber bahan baku artinya juga mengubah spesifikasi kilang. Apalagi, naphtha dari Balikpapan mengambil porsi 35 persen dari bahan baku kilang Balongan.

"Kami akan lakukan review terhadap kilang Balongan, dan nanti kami sampaikan di rapat direksi dan pemegang saham bahwa source feed berubah. Kalau itu berubah, kami juga akan kaji ulang, apakah kapasitasnya berubah? Bagaimana skema baru pengembangan kilang Balongan?" jelas Dwi, Kamis (22/12)

Dengan demikian, perusahaan berharap bisa menyelesaikan RDMP kilang Balongan paling lambat pertengahan 2020, atau ketika RDMP tahap I kilang Balikpapan telah selesai. Jika perusahaan mempercepat RDMP Balongan, maka kilang yang terletak di Jawa Barat itu tak lagi membutuhkan bantuan Balikpapan karena sudah bisa menghasilkan naphtha sendiri.

"Kalau begitu, makanya pembangunan Balongan harus dipercepat. Namun, jika ini di-review kembali, kami akan lihat, apakah Balongan nanti akan dikerjakan sendiri atau mencari mitra lagi. Kan Head of Agreement (HoA) dengan Saudi Aramco untuk Balongan tidak di-extend sejak 26 November 2016 lalu," tambah Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi.

Sebagai informasi, Pertamina telah membuat HoA dengan Saudi Aramco untuk menggarap RDMP kilang Balongan, Dumai, dan Cilacap dengan masa berlaku hingga 26 November 2016 lalu. Selain komitmen tersebut, HoA ini mencakup pengerjaan site preparation dan Basic Engineering Design (BED) kilang Cilacap yang diharapkan bisa dikerjakan dalam jangka waktu setahun.

Namun, karena seluruh poin-poin ini belum dilaksanakan sesuai waktunya, maka masa berlaku HoA diperpanjang hingga 31 Desember 2016 mendatang. Selain itu, perpanjangan HoA tersebut juga tidak memasukkan klausul mengenai komitmen RDMP Balongan dan Dumai. Dengan kata lain, kepastian Saudi Aramco terkait RDMP dua kilang itu ditunggu Pertamina mulai 1 Januari 2017 mendatang.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan bahwa perusahaannya masih berminat untuk meneruskan proyek RDMP Balongan dan Dumai.

Menurutnya, ambisi Pertamina dalam merevitalisasi kilang sejalan dengan misi Saudi Aramco yang ingin meningkatkan kapasitas terpasang kilang kelolaannya di seluruh dunia dari posisi saat ini 5,4 juta barel ke angka 18 juta barel.

"Kami masih tertarik dengan kilang Balongan karena kami yakin dengan prospek perekonomian dan kebutuhan produk minyak Indonesia di masa depan. Ini juga sesuai dengan visi kami untuk menjadi pelaku minyak global. Cuma memang, RDMP Cilacap ini adalah gerbang masuk kita sebelum masuk ke Dumai dan Balongan," tambah Nasser di lokasi yang sama.

Di dalam rencana sebelumnya, kapasitas kilang Balongan akan naik dari 100 ribu barel per hari menjadi 280 ribu barel per hari setelah RDMP ini rampung. Selain itu, proyek RDMP ini diperkirakan menelan dana US$2,7 miliar. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER