Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku 'deg-degan' menanti realisasi penerimaan perpajakan hingga akhir tahun ini. Pasalnya, banyak pihak menyorot kinerja fiskal yang belum setahun kembali dipimpinnya ini.
"Saya deg-degan ini, makanya saya tidak boleh ketawa dulu sebelum benar-benar uang (penerimaan) masuk. Itu saja," tutur Sri Mulyani usai melakukan inspeksi mendadak (sidak) layanan
tax amnesty di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu), tadi malam.
Pada hari yang sama, sebelumnya, Sri Mulyani beserta jajaran eselon I Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggelar rapat rutin. Dalam rapat tersebut, seluruh eselon I melaporkan realisasi dari pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada Sri Mulyani, termasuk realisasi penerimaan perpajakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanyakan berapa realisasi penerimaan per Rabu (28/12), Sri Mulyani tidak bersedia membeberkan secara rinci mengingat angkanya terus bergerak setiap hari. Rencananya, pada awal tahun ia akan melakukan konferensi pers terkait realisasi APBNP 2016.
"Nantilah tunggu 3 hari lagi, ini masih kita harus teliti belanja dan penerimaan," ujarnya.
Sri Mulyani berharap, penerimaan negeara tahun ini bisa diperoleh seoptimal mungkin dan mencapai target.
"Mudah-mudahan bisa dicapai penerimaan pajak dan bea cukai. Selama 3 hari ini, sisa jumlahnya masih signifikan yang harus dikumpulkan teman-teman," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Berdasarkan informasi yang dihimpun CNNIndonesia.com dari beberapa pejabat peserta rapat tersebut, diketahui bahwa penerimaan pajak telah menembus Rp1.000 triliun dari target Rp1.355,2 triliun.
Selain itu, besar kemungkinan defisit anggaran di akhir tahun berada di bawah proyeksi sebelumnya, 2,7 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Hal itu mengingat angka defisit per kemarin masih ada di kisaran 2,5 - 2,6 persen dari PDB atau tak jauh dari bulan lalu karena realisasi penerimaan lebih cepat dibandingkan belanja. Kondisi tersebut menyebabkan
gap antara penerimaan dan belanja mengecil.
"Kami optimis lebih kecil dari situ (2,7 persen dari PDB)," tutur Direktur Strategis dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Scenaider Clasein H. Siahaan, saat ditemui terpisah.
(gen)