Jakarta, CNN Indonesia -- PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) tidak mempermasalahkan perubahan target operasi (
Commercial Operating Date/COD) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel 8 seperti yang diinginkan PT PLN (Persero). Perubahan target operasional dari tahun 2019 menjadi 2021 dianggap sejalan dengan waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk merampungkan PLTU Sumsel 8.
"Tidak masalah. Karena, kalau mau selesai 2019 seharusnya dibangun sejak tahun lalu. Sementara, kami bangun saat ini justru nanti selesainya sesuai dengan target PLN di 2020, paling lama 2021," ujar Direktur Keuangan Bukit Asam, Achmad Sudarto di kantor BUMN, Kamis (29/12).
Selain pertimbangan waktu, perseroan juga melihat kesiapan jaringan transmisi yang perlu dibangun PLN. Pasalnya, PLN sendiri baru bisa merampungkan pembangunan jaringan transmisi berkapasitas 500 kiloVolt (kV) pada tahun 2021, atau bersamaan dengan target operasional PLTU Sumsel 8.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kalau selesai lebih cepat sementara transmisi dari PLN baru selesai tahun 2021 kan kami tidak bisa salurkan juga ke PLN. Jadi, tetap sesuai dengan PLN," imbuh Achmad.
Meski begitu, Achmad menyebut, tak ada penghalang lain bagi perusahaan untuk membangun pembangkit berkapasitas 2x600 megawatt (MW) tersebut. Sebab, lahan, pembiayaan, hingga kontraktor sudah menunjukkan kesiapan yang mumpuni. Sehingga, pembangunan Sumsel 8 hanya tinggal menunggu gong dari PLN saja.
"Kalau PLN bilang bangun ya kita bangun. Cuma saya tegaskan dari sisi kami tidak ada isu lagi," tegasnya.
Achmad juga memastikan bahwa perubahan target operasional PLTU Sumsel 8 tak akan menganggu kerja sama yang telah dibentuk oleh Bukit Asam dengan mitra perusahaan, China Huadian Hong Kong. Anak usaha yang dibentuk kedua belah pihak, PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP), tetap akan menjalankan proyek sesuai dengan ancang-ancang yang didapat oleh Bukti Asam.
"Tidak akan ganggu, mereka menyesuaikan juga," kata Achmad.
Sebelumnya, PLN menawarkan PTBA untuk mengubah spesifikasi pembangunan PLTU Sumsel 8 dari 2x600 MW menjadi 4x300 MW. Pasalnya, jaringan transmisi milik PLN belum siap jika spesifikasi pembangunan senilai US$1,6 miliar itu tetap dipatok 2x600 MW.
Namun, PLN kembali menyesuaikan konsep proyek sesuai ketentuan awal usai mempertimbangkan desain
Engineering, Procurement, and Construction (EPC), nilai investasi, hingga tarif listrik yang akan dijual ke PLN nantinya. Konsekuensinya, target operasional PLTU Sumsel 8 harus mundur dari 2019 ke 2021 demi menyesuaikan pembangunan transmisi yang dilakukan PLN.
(bir)