Faisal Basri: Konsep Holding BUMN Rini Soemarno Jahat

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Senin, 23 Jan 2017 16:55 WIB
Ekonom Universitas Indonesia itu menilai kebanyakan holding BUMN hanya bertujuan untuk bersaing dengan rakyat, dalam hal ini swasta.
Ekonom Universitas Indonesia itu menilai kebanyakan BUMN hanya bertujuan untuk bersaing dengan rakyat, dalam hal ini swasta. (CNN Indonesia/Gentur Putro Jati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menilai, pembentukan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak diperlukan jika semua perusahaan pelat merah dapat berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi rakyat. Pasalnya, kebanyakan BUMN hanya bertujuan untuk bersaing dengan rakyat, dalam hal ini swasta.

"Jadi intinya sebetulnya kalau yang diinginkan oleh teman-teman itu kan holding BUMN dibuat agar mereka tidak diganggu lagi oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), jadi ingin lebih leluasa. Kalau BUMN itu bagus enggak perlu dikhawatirkan untuk diganggu, yang tidak bagus diganggu," ungkap Faisal, Senin (23/1).

Ia mencontohkan, BUMN saat ini terlihat bersaing dengan masyarakat umum. Misalnya saja, melalui PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan yang dinilai menyaingi swasta yang juga bergerak dalam bidang perkebunan. Sehingga, perusahaan swasta tidak dapat bergerak maju secara signifikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian berkebun, dengan PTPN-nya. Lalu di sektor perikanan, pemerintah ikut menangkap ikan, masa saingan sama nelayan," imbuh Faisal.

Selain itu, Faisal mencontohkan, beberapa BUMN besar yang bergerak dalam bidang konstruksi biasanya mengikuti tender proyek pemerintahan. Sehingga, tingkat kemungkinan untuk meraih tender tersebut sangat besar jika dibandingkan dengan perusahaan swasta yang juga ikut dalam tender tersebut.

"Jadi swasta kemenangannya kemungkinannya kecil, ini pemerintah namanya menggebos BUMN. Jahatnya konsep Rini Soemarno ini," pungkas dia.

Sekadar informasi, pemerintah menomorsatukan pembentukan holding sektor minyak dan gas (migas) dan sektor pertambangan. Setelah itu, pemerintah akan mendorong pembentukan holding sektor perumahan dan pembiayaan.

Untuk sektor migas, PT Pertamina (Persero) akan dijadikan induk holding yang membawahi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Kemudian, sektor pertambangan akan dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum.

Sementara, Perusahaan Umum Perumnas akan memimpin sektor perumahan dan PT Danareksa (Persero) akan menjadi induk holding sektor pembiayaan. (gir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER