PLN Diminta Jangan Ambil Untung dari Tender PLTGU Jawa 1

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Senin, 23 Jan 2017 14:15 WIB
Terkait syarat pasokan LNG untuk PLTGU Jawa 1, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menyarankan PLN menegosiasikannya dengan Pertamina.
Terkait syarat pasokan LNG untuk PLTGU Jawa 1, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menyarankan PLN menegosiasikannya dengan Pertamina. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengaku sudah mencium dari awal bahwa ada yang tak beres dalam proses tender Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa 1.

“Soal pasokan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) misalnya, seharusnya sudah jelas dari awal sehingga bisa dipercaya investor, pemenang tender juga bisa langsung mengerjakan proyek tersebut. Target penyediaan listrik pun terbantu,” kata Komaidi, dikutip Senin (23/1).

Diakui Komaidi bahwa dalam proyek raksasa seperti PLTGU, pasti ada kepentingan baik di PLN maupun di Pertamina yang kebetulan sebagai pemenang tender bersama Marubeni Corporation dan Sojitz Corporation, namun tetap harus ada solusi dari kedua belah pihak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai penyelenggara tender, Komaidi menilai seharusnya PLN berpikir proyek tersebut sebagai bagian dari upaya pemerintah menyediakan listrik yang lebih merata di Indonesia.

“PLN juga tidak perlu ambil margin di item-item biaya awal, harusnya PLN mengunci di produk akhir yaitu di harga listrik,” katanya.

Menurut Komaidi, jika PLN sanggup memasok LNG berarti PLN yang harus menanggung biaya tersebut jika Pertamina yang harus memasok LNG berarti pertamina yang harus bertanggung jawab.

“Tapi PLN bukan pelaku usaha migas tentu tidak cukup solid untuk memproyeksi aspek bisnis untuk migas terutama ke depannya,” ucapnya.

Dalam proses tender tersebut, PLN menetapkan pasokan LNG untuk PLTGU Jawa 1 dari lapangan Tangguh dengan desain kapasitas kapal yang dapat diterima oleh floating storage and regasification unit (FSRU) atau terminal terapung penerima dan regasifikasi dengan kapasitas kapal 125 ribu-155 ribu m3.

Padahal dalam 5 tahun ke depan, kapal-kapal LNG milik Tangguh sudah diganti dengan kapal kapasitas 170 ribu m3.

Kondisi tersebut mengharuskan pemenang tender memodifikasi FSRU-nya agar sesuai dengan permintaan PLN. Sehingga pada akhirnya berujung pada isu bankability.

Untuk hal teknis tersebut, Komaidi menyarankan harus dibicarakan kembali agar proyek tak terganggu.

“Harus disadari bahwa proyek PLTGU Jawa I butuh kontinuitas, akan timbul kerugian jika kemudian tidak ada pasokan LNG dan terpaksa langsung membeli di pasar spot yang harganya lebih mahal. Itu tak boleh terjadi,” ucapnya.

Komaidi menjelaskan bahwa PLTGU Jawa 1 adalah merupakan proyek besar yang berkaitan langsung dengan pengadaan listrik 35 ribu MW. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER