Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak turun 1 persen pada perdagangan Senin (23/1) setelah terlihat adanya pemulihan nilai tukar dolar AS. Di samping itu, meningkatnya aktivitas pengeboran di AS membayangi pemangkasan produksi organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Dikutip dari
Reuters, menteri-menteri yang mewakili negara OPEC dan non-OPEC mengatakan bahwa sebanyak produksi 1,5 juta barel minyak per hari berhasil dipangkas dari target sebesar 1,8 juta barel per hari sejak pemangkasan ini diimplementasikan 1 Januari silam.
Namun di sisi lain, aktivitas pengeboran di AS mencapai titik tertinggi dalam empat tahun terakhir pada pekan lalu. Produksi minyak AS sendiri telah meningkat lebih dari 6 persen sejak pertengahan 2016. Posisi ini kembali ke tahun 2014, di mana peningkatan produksi menjadi biang keladi anjloknya harga minyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, harga minyak Brent ditutup melemah US$0,26 ke angka US$55,23 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka ditutup melemah US$0,47 ke angka US$52,75 per barel.
Pelemahan harga minyak sedikit tertahan setelah Menteri Minyak Irak mengatakan kemungkinan perpanjangan pemangkasan produksi. Selain itu, ia memprediksi harga minyak berada di angka US$60 per barel hingga US$65 per barel.
Secara umum, pasar gugup akan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengisyaratkan kebijakan perdagangan yang proteksionis.
Trump mengatakan bahwa pajak perbatasan yang tinggi akan dikenakan bagi impor produk manufaktur ke AS. Ia pun ingin secra formal membatalkan keikutsertaannya di dalam Trans-Pacific Partnership.
(gir)