OPEC Komitmen 'Sunat' Produksi, Harga Minyak Naik

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 25 Jan 2017 07:48 WIB
Negara-negara OPEC dan produsen minyak besar di luar OPEC mengatakan telah memangkas produksi minyak sebesar 1,5 juta barel per hari.
Negara-negara OPEC dan produsen minyak besar di luar OPEC mengatakan telah memangkas produksi minyak sebesar 1,5 juta barel per hari. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak ditutup menguat pada perdagangan Selasa (24/1) menjelang pengumuman persediaan minyak AS dan pengetatan pasar minyak global, seiring pemangkasan produksi yang dilakukan oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).

Dikutip dari Reuters, menteri negara-negara OPEC dan produsen minyak besar di luar OPEC mengatakan telah memangkas produksi minyak sebesar 1,5 juta barel per hari dari total pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barel per hari.

Produksi Arab Saudi kemungkinan akan turun menjadi 9,9 juta barel per hari pada bulan Januari, sesuai data yang dimiliki negara itu. Angka ini menurun drastis dibanding produksi bulan Desember sebesar 10,47 juta barel per hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, angka pengeboran sumur minyak AS bisa menahan laju penguatan harga minyak. Data Baker Hughes menunjukkan bahwa AS menambah sumur pengeboran terbanyak dalam empat tahun terakhir pada pekan lalu.

Produksi minyak AS telah meningkat lebih dari 6 persen sejak pertengahan 2016. Posisi ini kembali ke level akhir 2014, di mana penguatan produksi minyak AS bikin harga minyak dunia lunglai.

Akibat beberap sentimen tersebut, harga minyak Brent berjangka meningkat US$0,21 ke angka US$55,44 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI)meningkat US$0,43 ke angka US$53,18 per barel.

Pasca penutupan, kenaikan harga minyak kembali tertahan setelah data American Petroleum Institute (API) menunjukkan bahwa stok minyak mentah, bensin, dan diesel AS meningkat pada pekan lalu.

Di samping itu, pelaku pasar juga menanti laporan persediaan minyak dari Energy Information Administration (EIA) pada Rabu pekan ini. Namun, beberapa analis mengatakan persediaan minyak mentah mungkin akan bertambah 2,8 juta barel pada pekan lalu.

Selain itu, nilai tukar dolar AS terhadap beberap mata uang meningkat 0,15 persen pada hari Selasa setelah berada pada posisi melandai dalam tujuh pekan terakhir. Semakin murah nilai mata uang dolar AS, maka pembelian minyak dengan denominasi mata uang tersebut cenderung lebih murah dibanding mata uang lain.

Tetapi, rencana penerapan pajak perbatasan AS bisa membuat harga WTI lebih mahal dibanding Brent. Analis memperkirakan, harga WTI bisa bergerak sebesar US$10 per barel lebih mahal dibanding Brent. Angka ini berbanding terbalik jika dibandingkan posisi saat ini, di mana harga WTI pada posisi US$3 lebih murah terhadap Brent. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER