Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Dunia memprediksi kenaikan harga yang kuat untuk komoditas industri seperti energi dan logam mineral pada tahun 2017, karena pengetatan pasokan dan kenaikan permintaan.
Ekonom Senior Bank Dunia John Baffes mengatakan, lembaga tersebut memperkirakan harga minyak mentah untuk tahun ini di US$55 per barel, melompat 29 persen dari capaian pada 2016.
Perkiraan harga komoditas energi tersebut mengasumsikan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC ) dan produsen minyak lainnya akan mematuhi kesepakatan untuk membatasi produksi setelah lama tak terkendali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bank Dunia juga menaikkan proyeksi harga mineral logam dengan peningkatan 11 persen dari kenaikan 4 persen pada prediksi Oktober 2016. Hal itu terkait pengetatan lebih lanjut dari pasokan dan permintaan yang kuat di China dan negara maju.
"Harga untuk sebagian besar komoditas tampaknya telah dipercaya mencapai level terendah pada tahun lalu dan berada di jalur untuk mendaki pada 2017. Namun, perubahan kebijakan bisa mengubah jalan ini," kata Baffes dalam keterangan resmi, Rabu (25/1).
Sementara, harga komoditas pertanian secara keseluruhan diperkirakan meningkat kurang dari 1 persen di 2017. Kenaikan tipis tersebut diantisipasi untuk minyak dan minyak sayur dan bahan baku. Di sisi lain, harga biji-bijian diperkirakan turun hampir 3 persen karena prospek lonjakan pasokan.
Lebih lanjut, harga logam mulia diramalkan menurun 7 persen karena suku bunga acuan naik dan safe haven pembelian melambat.
Fokus Bank Dunia secara khusus menunjukkan bagaimana ekspor komoditas negara berkembang telah terpukul keras oleh pertumbuhan investasi yang melambat, dari 7,1 persen pada 2010 menjadi 1,6 persen pada tahun 2015.
"Kelemahan Investasi, baik pemerintah maupun swasta menghalangi berbagai aktivitas ekspor komoditas di pasar negara berkembang," kata Ayhan Kose, Direktur Prospek Pembangunan Bank Dunia.
"Sebagian besar negara ini memiliki ruang kebijakan yang terbatas untuk melawan perlambatan pertumbuhan investasi. Sehingga mereka perlu menggunakan langkah-langkah untuk memperbaiki lingkungan bisnis, mempromosikan diversifikasi ekonomi, dan meningkatkan tata kelola untuk prospek pertumbuhan yang lebih baik dalam jangka panjang."
(gir)