Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) meramalkan harga minyak dunia akan meningkat secara signifikan tahun ini seusai adanya kesepakatan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menahan hasil produksinya tahun ini.
Gubernur BI Agus D.W Martowardojo menyebut tahun ini harga minyak dunia bisa menyentuh level US$47 per barel setelah akhir tahun lalu menyentuh level US$45 per barel, di atas proyeksi bank sentral yang semula sebesar US$40 per barel.
"Tentu harga itu berdampak baik bagi sektor komoditas," ujar Agus dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (25/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tren kenaikan harga minyak dunia itu juga mendapat perhatian dari BI, pasalnya jika harga minyak dunia terus merangkak naik bisa mendorong pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri sesuai dengan harga keekonomiannya.
Agus juga mewaspadai rencana pemerintah yang akan menerapkan kebijakan harga BBM satu harga di wilayah Indonesia Timur,
Upaya itu dinilai bisa menekan inflasi yang bersumber dari harga barang dan jasa yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices). Tahun ini inflasi yang bersumber dari administered prices diperkirakan akan meningkat seiring dengan penyesuaian tarif baru untuk listrik golongan 900 VA.
Tahun ini, bank sentral menargetkan batasan inflasi di kisaran 4 plus minus 1 persen. Agar target tersebut tercapai, BI dan pemerintah sepakat untuk menekan harga pangan yang kerap kali bergejolak (volatile food).
Pada 2016, inflasi pangan menjadi penyumbang tersebesar terhadap inflasi secara nasional yakni hingga 5,92 persen. Tahun ini pemerintah dan BI sepakat untuk menjaga inflasi pangan di kisaran 4 hingga 5 persen.
"Maka tadi kami sepakat 2017, kami mesti jaga agar volatile food 4 hingga 5 persen, kalau bisa dijaga segitu maka kalau ada penyesuaian di harga BBM akan tetap buat target inflasi 2017 bisa dijaga," jelasnya.
(gir/gen)