Bos BI Sebut Bunga Kredit Bank Baru Bisa Turun 1 Tahun Lagi

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 25 Jan 2017 17:29 WIB
Tingginya angka rasio kredit bermasalah (NPL) sepanjang tahun lalu menjadi penyebab sulitnya bankir menurunkan bunga pinjamannya.
Tingginya angka rasio kredit bermasalah (NPL) sepanjang tahun lalu menjadi penyebab sulitnya bankir menurunkan bunga pinjamannya. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mimpi Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo rate hingga 150 basis poin (bps) atau 1,5 persen tahun lalu belum berdampak pada pelonggaran bunga kredit di perbankan. Bank sentral mencatat, tahun lalu bunga kredit yang diberikan oleh perbankan maksimal baru mencapai 0,7 persen saja.

“Penurunan bunga kredit baru 60 hingga 70 basis poin. Kalau efisiensi bisa lebih baik dan likuiditas merata di perbankan, kami lihat bunga masih bisa turun. Namun perlu waktu sekitar 1-1,5 tahun," ujar Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo, Rabu (25/1).

Agus mengungkapkan, tingginya angka rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) sepanjang tahun lalu menjadi penyebab sulitnya bankir menurunkan bunga pinjamannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BI mencatat hingga November tahun lalu NPL industri perbankan secara gross berada di level 3,1 persen dan secara nett di level 1,4 persen. Angka tersebut meningkat dari posisi periode yang sama di 2015 sebesar 2,4 persen.

"Jadi kalau naik 3,1 persen ada beberapa bank yang tingkat NPL-nya cukup tinggi, itu biasanya agak sulit bank turunkan bunga. Tapi kami lihat nanti dipertengahan tahun saat restruktursiasi semakin efektif dan NPL terjaga maka suku bunga akan turun," jelasnya.

Kendati demikian, mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk menyebut saat ini beberapa tawaran bunga kredit untuk segmen korporasi telah mengalami penurunan cukup drastis bahkan hingga di bawah 10 persen. Namun ia berharap penurunan tersebut diikuti juga oleh bunga kredit secara umum.

Hati-hati Pangkas Bunga

Namun ia mengimbau perbankan untuk hati-hati menurunkan suku bunga di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global, khususnya yang saat ini terjadi di Amerika Serikat (AS).

Rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) yang diprediksi hingga dua kali tahun ini mampu mengerek nilai tukar dolar yang membuat suku bunga pinjaman dalam denominasi dolar menjadi mahal. Ini berpotensi membuat biaya dana yang dihimpun oleh perbankan juga ikut naik.

"Tahun ini ada kecenderungan dolar AS yang tinggi, maka juga harus diperhatikan. Karena itu jadi faktor kalau kami lakukan kajian di Februari mendatang," ujarnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER