Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) memastikan minatnya untuk membeli gas hasil regasifikasi Blok Masela yang digarap Inpex Corporation, perusahaan asal Jepang selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan, minat tersebut muncul dari internal Pertamina sekaligus mendapat dorongan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
"Inisiatif Pertamina juga, kita akan masuk ke hilirnya. Pertamina harus minat, sebagai orang yang berbisnis di gas harus berani," ujar Dwi di kantornya, Senin (30/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan bos PT Semen Indonesia Tbk bilang, Pertamina telah mengajukan minatnya untuk membeli gas dari hasil produksi Blok Masela, namun belum mendapat balasan dari Inpex.
Sementara itu, terkait masuk ke hilir, Dwi mengatakan bahwa perusahaan pelat merah tersebut tak harus diberikan akses langsung untuk masuk ke hilir produksi gas. Menurutnya, Pertamina cukup mendapat akses untuk membeli hasil produksi saja.
Namun begitu, Pertamina masih butuh waktu untuk mengkaji jumlah volume pembelian gas dari blok yang terletak di Maluku tersebut.
Manajemen Pertamina akan menghitung kemampuan perusahaan untuk menyerap gas dari Blok Masela yang selanjutnya akan disesuaikan dengan harga gas yang diberikan oleh pemerintah dan Inpex.
Namun begitu, Pertamina belum mengetahui apakah sanggup menyerap seluruh alokasi gas untuk dalam negeri sebesar 474 MMSCFD.
"Pertamina akan ambil produknya, sejauh memang harganya sesuai dengan harga pasar yang akan kita jual," tegas Dwi.
Bila proses kajian telah rampung, Pertamina akan segera menyelesaikan kontrak kesepakatan pembelian gas hasil produksi Blok Masela tersebut.
Adapun percepatan pengkajian dan penerbitan kontrak, disebut Dwi dapat membantu pemerintah dan Inpex untuk segera merampungkan kesepakatan akan proyek garapan bersama itu.
"Pertamina harus jadi anchor buyer supaya proyek jalan dan secepatnya menyelesaikan kontrak karena investor pasti butuh kontrak, berapa kemampuannya," imbuhnya.
Incar Participating InterestSelain itu, Dwi menyebutkan, Pertamina ingin masuk ke proyek Masela sebagai pemegang hak partisipasi (
Participating Interest/PI) sebesar 10 persen sampai 20 persen.
Untuk diketahui, pemerintah dan Inpex sepakat menggarap Blok Masela bersama. Namun, sejumlah hal masih jadi pembahasan kedua belah pihak, seperti perhitungan kembali tingkat pengembalian internal (
Internal Rate of Return/IRR) proyek gas Masela.
Kedua belah pihak masih belum sepakat dengan asumsi perhitungan IRR yang terdiri dari harga minyak, belanja modal (
capital expenditure), dan beban operasional (
operational expenditure).
Sejauh ini, pemerintah memberikan dua opsi kapasitas kilang gas alam cair (
Liquefied Natural Gas/LNG) Masela, yaitu 7,5 MTPA ditambah 474 MMSCFD gas pipa dan 9,5 MTPA ditambah 150 MMSCFD gas pipa.
"Kapasitas itu seperti menjalankan usaha batu bara. Semakin besar kapasitasnya, harus dilihat kemampuan cadangan lapangannya juga. Ini pun perlu disamakan juga asumsinya," kata Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan.
Selain itu, besaran kapasitas kilang juga harus melihat tujuan alokasinya. Dalam hal ini, Luhut mengatakan bahwa PT Pertamina (Persero) kemungkinan tertarik untuk menjadi penyerap (
offtaker) gas pipa Masela jika kapasitas kilang ditetapkan 7,5 MTPA ditambah gas pipa sebesar 474 MMBTU.
Sebelumnya, Inpex mengajukan tiga permintaan agar IRR blok Masela bisa ditetapkan sebesar 15 persen. Ketiga permintaan tersebut adalah penambahan kapasitas kilang LNG dari 7,5 MTPA ke angka 9,5 MTPA, pengembalian biaya penyusunan rencana pengembangan (PoD) kilang LNG skema
offshore yang dikategorikan sebagai sunk cost sebesar US$1,2 miliar, dan penggantian kontrak bagi hasil produksi (
Production Sharing Contract/PSC) selama 10 tahun.
Namun, pemerintah mengatakan bahwa IRR yang ideal bagi blok Masela berada di bawah 15 persen. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, pemerintah menginginkan IRR Masela berada di angka 12 hingga 13 persen.
"Inpex seharusnya tidak keberatan. Karena prinsipnya di sini adalah
win-win. Apalagi kami tidak pernah mematok IRR sebesar 15 persen," ujar Arcandra beberapa waktu lalu.
(gen)