Kepala BPS Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2017 Lebih Kuat

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 06 Feb 2017 12:28 WIB
Keyakinan tersebut didasarkan pertumbuhan ekonomi 2016 secara year on year lebih tinggi dibanding capaian laju ekonomi 2015 sebesar 4,88 persen.
Keyakinan Kepala BPS Suhariyanto didasarkan pertumbuhan ekonomi 2016 secara year on year lebih tinggi dibanding capaian laju ekonomi 2015 sebesar 4,88 persen. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto optimistis perekonomian Indonesia tahun ini bisa melaju lebih kencang dan mencapai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar 5,1 persen. Meskipun realisasi pertumbuhan ekonomi 2016 hanya menyentuh 5,02 persen, dibawah target APBNP sebesar 5,2 persen.

"Kita harapkan ke depannya pertumbuhan ekonomi ke depan menjadi semakin kuat," tutur Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Senin (6/2).

Menurut Suhariyanto, keyakinan tersebut didasarkan pertumbuhan ekonomi 2016 secara year on year (yoy) lebih tinggi dibanding capaian laju ekonomi 2015 sebesar 4,88 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang akrab disapa Ketjuk ini mengakui pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal IV 2016 hanya mencapai 4,94 persen (yoy) atau lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya, 5,01 persen.

“Tapi kalau dilihat, secara harga berlaku nilai produk domestik bruto (PDB) kuartal IV 2016 mencapai Rp3.194 triliun naik dari kuartal IV 2015 sebesar Rp 2.942 triliun," ujar Ketjuk. 

Dari sisi produksi, tahun lalu pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai sektor jasa keuangan (8,9 persen).  Hal ini disebabkan oleh dampak pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga jasa perantara keuangan dan pertumbuhan pendapatan operasional lembaga pembiayaan. 

Kemudian, sektor informasi dan komunikasi mengekor (8,87 persen), dan diikuti oleh sektor jasa lainnya (7,8 persen). 

"Namun, sumber pertumbuhan ekonomi 2016, 2015,dan 2014 tetap berasal dari industri pengolahan. Tahun lalu kontribusinya 0,92 persen," jelasnya. 

Dari sisi pengeluaran, pengeluaran konsumsi rumah tangga menguat dengan tumbuh 5,01 persen dan mengambil porsi 56,5 persen dari seluruh perekonomian. 

Konsumsi lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT) juga tumbuh positif 6,62 persen (yoy) dengan porsi 1,16 persen terhadap perekonomian. 

"Hal ini sejalan dengan  meningkatnya aktivitas kegiatan organisasi masyarakat dan partal politik untuk persiapan dan pemilihan kepala daerah serentak di 101 daerah tahun ini," ujarnya. 

Berikutnya, investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga tumbuh 4,48 persen dan berkontribusi 32,57 persen ke kue ekonomi. 

Sementara, konsumsi pemerintah lajunya negatif 0,15 persen. Padahal, porsinya 9,45 persen ke perekonomian. 

"Pengeluaran konsumsi pemerintah terkontraksi utamanya dipicu oleh penurunan belanja bantuan sosial," jelasnya. 

Hal sama juga terjadi pada sektor ekspor dan impor yang masing-masing melaju negatif 1,74 persen dan minus 2,27 persen. 

"Ekspor terkontraksi dipicu oleh kontraksi pada ekspor barang minyak dan gas (migas) dan non migas, meski ekpor jasa menguat seiring dengan pertumbuhan jumlah turis asing,” jelasnya. 

Sedangkan impor turun karena turunnya impor bahan baku dan penolong seiring dengan perlambatan pertumbuhan industri manufaktur yang hanya tumbuh 3,36 persen (yoy). (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER