ANALISIS

Menilai Rapor Perdana Sri Mulyani Sebagai Bendahara Negara

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 07 Feb 2017 12:32 WIB
Enam bulan menjabat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menutup tahun 2016 dengan catatan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen. Bagaimana rapornya?
Ke depan, Sri Mulyani mengaku pemerintah akan fokus untuk menciptakan motor penggerak ekonomi yang lebih seimbang. (CNN Indonesia/Yuliyanna Fauzi)
Di tengah banyak silang pendapat, Sri Mulyani menilai capaian pertumbuhan ekonomi tahun lalu telah sesuai prediksi. Meskipun tumbuh negatif, konsumsi pemerintah tetap berperan sebagai stimulus dengan realisasi defisit anggaran terjaga di level 2,46 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Konsumsi rumah tangga, sumber pertumbuhan ekonomi utama dengan porsi mencapai 56,5 persen, pertumbuhannya sepanjang tahun lalu tetap terjaga karena daya beli dan inflasi yang terjaga. Sepanjang tahun lalu, pemerintah berhasil meningkatkan laju pertumbuhannya menjadi 5,01 persen, atau lebih tinggi dari tahun 2015 yang hanya sebesar 4,96 persen.

"Meski pada kuartal tiga dan empat lalu pemerintah harus melakukan beberapa pemotongan anggaran, namun secara keseluruhan pada 2016, dengan defisit 2,46 persen, [belanja pemerintah] itu masih merupakan faktor positif dari sisi perekonomian," tutur Sri Mulyani.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Sri Mulyani mengakui, dari sisi investasi, pemerintah masih perlu berupaya keras untuk mempercepat laju pertumbuhannya.

Dari sisi perdagangan internasional, pertumbuhan ekspor sudah mulai positif sejak kuartal keempat tahun lalu. Diharapkan, perkembangannya akan terus positif dan tidak akan terganggu dari perkembangan politik negara lain, terutama Amerika Serikat, China, dan negara-negara di Uni Eropa.

Ke depan, kata Sri Mulyani, pemerintah akan fokus untuk menciptakan motor penggerak ekonomi yang lebih seimbang. Artinya, tidak hanya bertumpu pada konsumsi rumah tangga tetapi juga pada faktor lain seperti investasi, konsumsi pemerintah, dan perdagangan internasional.

"Kita butuh investasi tumbuh lebih tinggi untuk pertumbuhan di atas 5 persen dan kita berharap ekspor tidak mengalami gangguan dari ekonomi global," jelasnya. (gir)

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER