Sementara, ekonom Bank Permata Joshua Pardede menilai Sri Mulyani mampu mengembalikan kepercayaan pelaku pasar dan kredibilitas fiskal. Meskipun belanja dipangkas, kualitas dan pola penyerapan anggaran sudah menunjukkan perbaikan.
"Kalau kita lihat pola penyerapan anggaran tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 sudah jauh lebih bagus dalam hal belanja rutin,belanja barang, dari bulan ke bulan meningkat," ujar Josua.
Peneliti Institute For Development Of Economics And Finance (INDEF) Eko Listianto menilai kinerja Sri Mulyani bersama kabinet masih tidak optimal berdasarkan capaian indikator fiskal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya, titik keberasilan Sri Mulyani adalah dalam mencoba fiskal menjadi lebih kredibel dengan menekan defisit anggaran supaya tidak jebol," kata Eko.
Kekhawatiran untuk menjaga defisit tetap di bawah 3 persen membuat aparat terlalu berhati-hati dalam membelanjakan anggaran. Akibatnya, lanjut Eko, anggaran kementerian/lembaga tidak terserap optimal.
Di sisi lain, Eko juga menyorot belum optimalnya upaya pemerintah untuk mendorong investasi yang porsinya terbesar kedua setelah konsumsi.
Pertumbuhan investasi tahun lalu yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto, melambat dari 5,01 persen menjadi 4,48 persen. Hal ini kontradiktif dengan upaya pemerintah untuk mendorong mendorong laju pertumbuhan investasi melalui penerbitan 14 paket kebijakan. Karenanya, perlu ada pembenahan di tataran implementasi lapangan.