Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) harus menanggung rugi US$70 juta akibat kilang yang dimiliki perusahaan mengalami penghentian operasional mendadak (
unplanned shutdown) sebanyak 35 kali sepanjang tahun 2016.
Unplanned shutdown itu berlangsung di enam kilang yang dimiliki perseroan, yaitu Cilacap, Balongan, Dumai, Plaju, Balikpapan, dan Kasim.
Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengatakan,
unplanned shutdown itu terjadi karena jadwal perawatan kilang terus mundur meski sudah memasuki masanya. Hal itu terjadi karena perusahaan tengah mengejar produksi demi memenuhi konsumsi masyarakat, sehingga mau tak mau jadwal perawatannya diundur.
Kendati demikian, bukan berarti satu kilang berhenti beroperasi ketika terjadi
unplanned shutdown. Mengingat satu kilang rata-rata terdiri dari 12 unit mesin, bisa saja
shutdown hanya terjadi di salah satu unitnya saja, sehingga tak mempengaruhi kinerja kilang secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"
Unplanned shutdown ini terjadi karena jadwal
overhaul mundur karena dikejar produksi. Sehingga sebelum waktunya diperbaiki, ini sudah bermasalah. Ada yang benar-benar mengganggu produksi, ada juga yang masih bisa kami antisipasi," ujar Toharso ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis malam (9/2).
Ia melanjutkan,
unplanned shutdown masih bisa ditoleransi jika operasional terhenti selama 3,6 hari saja. Namun, terdapat beberapa waktu di mana
unplanned shutdown kilang Pertamina bisa terjadi selama lebih dari sepekan.
"Kami pernah mengalami
shutdwon selama sepekan di kilang Balikpapan. Yang paling parah adalah awal Desember silam di mana
unplanned shutdown mencapai 15 hari," terangnya.
Jika unplanned shutdown lebih lama dari 3,6 hari, maka perusahaan bisa mengantisipasinya dengan mengejar ketertinggalan produksi bulanan atau melalui impor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mengompensasi penurunan produksi kilang.
Pada tahun lalu, lanjutnya, perusahaan masih bisa mengontrol penurunan produksi akibat
unplanned shutdwon. Namun, Pertamina masih harus membayar US$70 juta untuk membayar tenaga kerja yang melakukan kegiatan selama masa
shutdwon berlangsung.
"Kalau total setahun dari enam kilang itu kami keluarkan US$70 juta. Ini kan
losses, kalau berhenti kan tenaga kerja tetap dibayar," tambah Toharso.
Untuk menekan potensi
unplanned shutdown di tahun ini, Pertamina akan segera melakukan perawatan semua kilang di tahun ini. Di awal tahun ini, perusahaan telah memulai perbaikan untuk kilang Balongan. Setelah itu, perawatan akan dilakukan di kilang Balikpapan, Dumai, Cilacap, dan berakhir di kilang Kasim yang rencananya akan dilakukan akhir tahun mendatang.
"Perawatan ini kami lakukan setiap dua tahun sekali dengan masa perawatan kilang rata-rata selama 30 hari. Dengan ini, kami harap bisa meminimalisasi
unplanned shutdown kembali," jelasnya.
Sebagai informasi, kapasitas terpasang seluruh kilang Pertamina saat ini berjumlah 853 ribu barel per hari, atau 81,78 persen dari kapasitas total sebesar 1,043 juta barel per hari. Perusahaan berencana untuk menambah kapasitas kilang menjadi 2 juta barel per hari tahun 2023 mendatang.
(gen)