Jakarta, CNN Indonesia -- Allianz Indonesia membukukan dana kelolaan Rp30,8 triliun sepanjang 2016 atau naik sebesar 17 persen dari Rp26,3 triliun pada 2015. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kinerja pasar keuangan yang optimistis sepanjang tahun lalu.
Untuk diketahui, Allianz Indonesia merupakan gabungan dari perusahaan asuransi umum PT Asuransi Allianz Utama Indonesia, dengan bisnis asuransi jiwa PT Asuransi Allianz Life.
Head of Investment Allianz Indonesia Made Daryanti mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2016 antara lain banyak dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat pada pemerintah, khususnya terkait kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Salah satunya adalah program
tax amnesty yang sejak pertama kalinya kebijakan ini diterapkan memberikan sentimen positif bagi pasar modal Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (10/2).
Meskipun pasar sempat mengalami koreksi pada kuartal empat 2016 akibat “Trump Effect”, Made menilai kinerja fund Allianz tetap menunjukkan hasil yang baik. Hal ini karena strategi portfolio investasi produk unit link didasari pada prinsip kehati-hatian.
“Bagaimanapun juga, produk asuransi jiwa unit link harus mengedepankan sisi perlindungan finansial bagi nasabah, karena hal ini yang merupakan manfaat utama dari produk asuransi. Strategi Investasi yang kami terapkan selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan tetap memperhatikan pergerakan pasar yang dinamis,” ungkapnya.
Made menyatakan, manajemen memahami bahwa investasi merupakan bagian dari perencanaan keuangan nasabah Allianz. Dengan mengandalkan pengalaman dan kemampuan Allianz, khususnya dalam bidang pengelolaan dana, ia mengaku perusahaan berupaya memberikan return yang optimal.
“Dengan total fund yang dikelola Allianz Indonesia sebanyak 56 fund, hampir seluruh fund unggulan menunjukkan hasil yang positif,” kata Made.
Ia merinci, beberapa fund yang paling banyak dipilih oleh nasabah sepanjang 2016, adalah SmartLink Rupiah Equity Fund dengan dana kelolaan Rp8,4 triliun, SmartLink Rupiah Balanced Fund dengan dana kelolaan Rp2,4 triliun dan SmartLink Rupiah Fixed Income Fund dengan dana kelolaan sebesar Rp989 miliar.
Proyeksi 2017Memasuki tahun 2017, Made memperkirakan bahwa kondisi ekonomi masih cukup kondusif yang tercermin pada asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2017, di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi pada angka 5,3 persen dan inflasi pada 4 persen secara tahunan.
“Meskipun proyeksi pada tahun 2017 cukup optimistis, namun terdapat beberapa ketidakpastian yang bisa memberikan pengaruh pasar modal Indonesia, baik dari sisi internal maupun eksternal,” jelasnya.
Ketidakpastian dari sisi internal, lanjutnya, adalah kemungkinan kenaikan inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyusul kenaikan harga minyak dunia, program
tax amnesty periode ketiga, stabilitas politik menjelang pemilihan kepala daerah, dan eksekusi proyek-proyek infrastruktur.
“Sedangkan ketidakpastian dari sisi eksternal adalah kebijakan ekonomi dan moneter Amerika Serikat dibawah pemerintahan Donald Trump, dampak Brexit terhadap perekonomian Inggris dan Uni Eropa, dan kebijakan ekonomi China dalam menghadapi kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Amerikat Serikat,” kata Made.
(gir/gen)