Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) meramal inflasi pada Februari 2017 sebesar 0,35 persen atau jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang deflasi 0,09 persen. Proyeksi tersebut mengacu pada survei BI yang dilakukan pada pekan perdana bulan ini.
Melesatnya inflasi bulan ini tak terlepas dari dampak lanjutan kenaikan tarif listrik yang dimulai Januari 2017. Kendati demikian, menurut Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo, dampak penyesuaian tarif listrik terhadap inflasi hanya akan berlangsung sementara.
Ia menilai, inflasi bulan ini akan dipengaruhi juga oleh kenaikan harga pangan. Salah satunya, yaitu harga cabai. "Tetapi kalau untuk harga
volatile food, seperti daging ayam, telur ayam, dan bawang merah, itu semuanya dalam kondisi deflasi," kata Agus saat ditemui di Komples BI, Jumat (10/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus meyakinkan, instansinya dan pemerintah akan terus berkoordinasi untuk mengendalikan tingkat harga tahun ini. Dengan demikian, risiko kenaikan inflasi 2017 karena kenaikan harga diatur pemerintah (
administered price) bisa terkendali.
BI dan pemerintah sendiri telah membentuk Tim Pengendali Inflasi (TPI ) baik di pusat dan di daerah.
Secara umum, Agus menilai tingkat inflasi masih terjaga dan sesuai dengan target inflasi BI tahun ini, empat plus minus satu persen.
(bir/gen)