Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana penerbitan saham baru melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
rights issue oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan nilai yang bombastis nyatanya belum diketahui secara resmi oleh pihak regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengaku, sudah hampir satu minggu rencana tersebut diumumkan ke publik tetapi ia belum menerima proposal pendaftaran oleh perusahaan tambang batu bara tersebut.
“Pernyataan pendaftaran belum masuk ke OJK,” ucap Nurhaida melalui pesan singkat kepada
CNNIndonesia.com, Senin (13/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal tahu saja, Bumi Resources berencana untuk menerbitkan saham baru dengan nilai investasi mencapai Rp35 triliun atau sekitar US$2,6 miliar dengan nilai Rp926 per saham. Rencana ini untuk mendukung proses restrukturisasi utang Bumi yang berjumlah US$4,2 miliar.
Sekretaris Perusahaan dan Direktur BUMI Dileep Srivastava menjelaskan, dengan total 37,8 miliar saham baru yang dikeluarkan tersebut, diharapkan dapat mengurangi utang perusahaan sedikitnya US$1,6 miliar. Nantinya, perusahaan akan menawarkan saham baru kepada kreditur seperti, China Investment Corporation (CIC), UBS, Axis Bank, dan Castleford.
Uniknya, jumlah nilai
rights issue yang akan dikeluarkan oleh perusahaan terbilang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar perusahaan yang hanya sebesar Rp15,45 triliun. Meski begitu, Nurhaida enggan memberikan tanggapan sebelum menerima proposa dari Bumi Resources.
“Saya belum berkomentar dulu ya. Nanti kalau dokumen sudah masuk baru bisa dilihat semuanya,” jelas Nurhaida.
Analis NH Korindo Securities Bima Setiaji menjelaskan, tujuan Bumi Resources mengeluarkan
rights issue hingga Rp35 triliun jelas untuk mendukung rencana restrukturisasi utang. Dengan begitu, melalui penerbitan saham baru tersebut utang yang dimiliki perusahaan akan dikonversi menjadi saham untuk para kreditor. Artinya, seluruh saham baru tersebut otomatis bisa dipastikan terserap.
“Jadi, yang penting untuk terjamin untuk diserap. Kan dengan begitu ada pembeli siaga nya (standby buyer),” kata Bima.
Bima menyebut, perusahaan yang mengeluarkan
rights issue dengan nilai yang besar tidak masalah selama memiliki tujuan yang jelas. Berbeda jika perusahaan mengeluarkan
rights issue dengan nilai tinggi hanya untuk ekspansi.
“Kalau hanya untuk ekspansi dengan nilai yang sangat besar itu baru aneh,” jelas dia.
Sementara, Bima menempatkan posisi buy untuk Bumi Resources untuk jangka pendek. Secara teknikal, saham Bumi Resources dipredksi masih dapat menguat hingga Rp500 per saham. Bima menerangkan, dengan rencana restrukturisasi tersebut, harga saham yang dibutuhkan paling tidak mencapai Rp800 per saham karena perusahaan telah berkomitmen kepada kreditor untuk menerbitkan saham baru dengan nilai Rp926 per saham.
“
Rights issue ini kan Juni mau diterbitkan, jadi paling tidak dalam jangka menengah atau jangka panjang, mendekati Juni harga saham berpotensi mencapai Rp800 per saham. Tapi saya pikir nggak mungkin sampai Rp900 per saham,” tutup Bima.